RINGKASAN MATERI
SEJARAH SASTRA PERIODE 1800 SAMPAI
SEKARANG
DOSEN PEMBIMBING : DWI WAHYU CANDRA DEWI, S.Pd, M.P.d
OLEH
NOOR
JANAH
A1B112006
PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013
1.
PERIODE
1800-1900
1. LATAR
BELAKANG
Masa
ini sering disebut masa Peralihan. Adapun yang dimaksud ialah peralihan dari
sastra lama ke sastra baru . Sastra zaman peralihan
adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan
sastra yang berunsur Islam di dalamnya
Secara umum, dapat dikatakan bahwa zaman peralihan yang
dimaksudkan di sini adalah zaman peralihan di mana kebudayaan Hindu masih tetap
meninggalkan pengaruhnya dan berangsur-ansur melemah. Sementara itu, pengaruh
Islam mulai terlihat dalam kesusastraan Melayu.
Pada
masa ini perkembangan antara kesusastraan Melayu Klasik dan kesusastraan Melayu
Modern peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh
pengarangnya.
2.
TOKOH-TOKOH
SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA ZAMAN PERALIHAN
1. Abdullah bin Abdulkadir Munsji
karya-karyanya, yaitu :
a) Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dari
b) Singapura sampai ke Kelantan
c) Hikayat Abdullah
d) Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura sampai ke Mekah
e) Syair Singapura Terbakar
f) Syair Kampung Gelam Terbakar
g) Ceretera Kapal Asap
h) Ceretera Haji Sabar Ali
karya-karyanya, yaitu :
a) Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dari
b) Singapura sampai ke Kelantan
c) Hikayat Abdullah
d) Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura sampai ke Mekah
e) Syair Singapura Terbakar
f) Syair Kampung Gelam Terbakar
g) Ceretera Kapal Asap
h) Ceretera Haji Sabar Ali
2. Nurudin Ar Raniri
karya-karyanya, yaitu :
a) Bustan al Salatin
b) Siratul Mustaqim
c) Akhbar Al Akhirat
d) Jawahir Al Ulum
e) Syifa Al Qulub
f) Asrar Al Ihsan Fi Makrifat Ar Ruh Ar Rahman
g) Kitab Hillal Zil
h) Dan lain-lain
karya-karyanya, yaitu :
a) Bustan al Salatin
b) Siratul Mustaqim
c) Akhbar Al Akhirat
d) Jawahir Al Ulum
e) Syifa Al Qulub
f) Asrar Al Ihsan Fi Makrifat Ar Ruh Ar Rahman
g) Kitab Hillal Zil
h) Dan lain-lain
3.
Hamzah Fansuri
karya-karyanya, yaitu :
a) Prosa
• Asrar al-Arifin
• Sharab al-Asyikin
• Zinat al-Muwahidin
b) Puisi
• Syair Burung Unggas
• Syair Dagang
• Syair Perahu
• Syair Si Burung pipit
• Syair Si Burung Pungguk
• Syair Sidang Fakir
karya-karyanya, yaitu :
a) Prosa
• Asrar al-Arifin
• Sharab al-Asyikin
• Zinat al-Muwahidin
b) Puisi
• Syair Burung Unggas
• Syair Dagang
• Syair Perahu
• Syair Si Burung pipit
• Syair Si Burung Pungguk
• Syair Sidang Fakir
3. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
a. Kelebihan
· Menghasilkan
karya-karya klasik
· Karya-karya
yang dihasilkan lebih banyak menggunakan bahasa melayu rendah
· Mulai
giatnya para pemimpin memperjuangkan bahasa melayu sebagai bahasa nasional
b. Kekurangan
· Bangsa-bangsa
eropa pada mulanya datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah dan satu
demi satu daerah dijajah.
2.
PERIODE
1900-1933 ( Periode Balai Pustaka )
1. LATAR
BELAKANG
Tujuan didirikannya
Balai Pustaka ialah untuk mengembangkan bahasa – bahasa seperti bahasa Jawa,
bahasa Sunda, bahasa Melayu tinggi dan bahasa Madura. Serta mencegah pengaruh
buruk dari bacaan yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap
memiliki misi politis (liar) yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah.
Tujuan inti didirikannya Komisi Bacaan Rakyat adalah meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda.
Tujuan lainnya adalah menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa hal ini bertujuan agar rakyat Indonesia buta terhadap informasi yang berkembang di negaranya sendiri.
Tujuan inti didirikannya Komisi Bacaan Rakyat adalah meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda.
Tujuan lainnya adalah menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa hal ini bertujuan agar rakyat Indonesia buta terhadap informasi yang berkembang di negaranya sendiri.
2. TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE
1900-1933
1. Merari
Siregar
· Azab
dan Sengsara aliran determenisme
2. Marah
Roesli
· Siti
Nurbaya aliran romantic idealis
3. Nur
Sultan Iskandar
·
Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
4. Abdul
Muis
·
Salah Asuhan aliran didaktisme
·
Pertemuan jodoh aliran romantic
5. Tulis
Sutan Sati
·
Sengsara Membawa Nikmat
6. Suman
Hs.
·
Kasih Ta' Terlarai (1961)
7. Adinegoro
·
Darah Muda
8. Sutan
Takdir Alisjahbana
·
Tak Putus Dirundung Malang aliran
neonaturalisme
9.
Hamka
·
Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938) aliran
romantisme
3. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
a. Munculnya
kegemaran membaca
·
Meningkatkan pendidikan
·
Sadar akan kedudukan bangsa sebagai
bangsa yang dijajah
b. Kekurangan
·
Banyak cerita-cerita ditulis dalam
bahasa melayu tetapi bukan dibuat oleh pengarang kelahiran melayu sementara.
3.
PERIODE
1933-1942 ( Periode Pujangga Baru )
1.
LATAR BELAKANG
Periode 1933-1942 disebut juga dengan Pujangga Baru.
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama
terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran
kebangsaan.
Periode ini ditandai dengan terbitnya majalah Poejangga Baroe yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Kelahiran majalah Poedjangga Baroe menjadi titik tolak kebangkitan kesusastraan Indonesia.
Mulanya keterangan resmi tentang majalah Poedjangga Baroe berbunyi “majalah kesustraan dan bangsa serta kebudayaan umum”, tetapi sejak tahun 1935 berubah menjadi ”pembawa semangat baru dalam kesustraan, seni, kebudayaan, dan soal masyarakat umum”dan tahun 1936 bunyinya berubah pula menjadi “ pembimbing semangat baru yang dinamis untuk membentuk kebudayaan persatuan Indonesia”.
Dalam perjalananya, majalah yang terbit pada bulan juli 1933 ini mengalami kesulitan, yaitu ketika Jepang masuk dan menduduki Indonesia, majalah Poejangga Baroe ini segera dilarang terbit karena dianggap kebarat-baratan. Tetapi setelah Indonesia merdeka, majalah ini diterbitkan kembali pada tahun 1948 sampai 1954.
Periode ini ditandai dengan terbitnya majalah Poejangga Baroe yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Kelahiran majalah Poedjangga Baroe menjadi titik tolak kebangkitan kesusastraan Indonesia.
Mulanya keterangan resmi tentang majalah Poedjangga Baroe berbunyi “majalah kesustraan dan bangsa serta kebudayaan umum”, tetapi sejak tahun 1935 berubah menjadi ”pembawa semangat baru dalam kesustraan, seni, kebudayaan, dan soal masyarakat umum”dan tahun 1936 bunyinya berubah pula menjadi “ pembimbing semangat baru yang dinamis untuk membentuk kebudayaan persatuan Indonesia”.
Dalam perjalananya, majalah yang terbit pada bulan juli 1933 ini mengalami kesulitan, yaitu ketika Jepang masuk dan menduduki Indonesia, majalah Poejangga Baroe ini segera dilarang terbit karena dianggap kebarat-baratan. Tetapi setelah Indonesia merdeka, majalah ini diterbitkan kembali pada tahun 1948 sampai 1954.
2.
TOKOH-TOKOH
SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE 1933-1942
1.
Sutan
Takdir Alisyahbana
Karya-karyanya antara
lain :
• Layar Terkembang aliran idealisme
2.Armijn Pane
Karya-karyanya antara lain :
Belenggu (1940) aliran psikologisme
3.Sanusi Pane
Karya-karyanya antara lain :
• Puspa Mega (puisi,1927)
• Layar Terkembang aliran idealisme
2.Armijn Pane
Karya-karyanya antara lain :
Belenggu (1940) aliran psikologisme
3.Sanusi Pane
Karya-karyanya antara lain :
• Puspa Mega (puisi,1927)
4.Amir Hamzah
Karya-karyanya antara lain :
•Buah Rindu (puisi, 1941)
5.J. E. Tatengkeng
Karya-karyanya antara lain :
Rindu Dendam (sajak, 1934) aliran mistisisme
Karya-karyanya antara lain :
•Buah Rindu (puisi, 1941)
5.J. E. Tatengkeng
Karya-karyanya antara lain :
Rindu Dendam (sajak, 1934) aliran mistisisme
3.KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
a. Kelebihan
· Membawa
semangat baru dalam kesusastraan, seni, kebudayaan dan soal masyarakat umum.
b. Kekurangan
· Lebih
banyak pengarang yang berasal dari sumatera
4.
PERIODE
1942-1945 (Pematangan)
1. LATAR
BELAKANG
Dijajah Jepang selama
tiga setengah tahun merupakan saat-saat yang penting dalam sejarah bangsa dan
juga sastra Indonesia. Jepang mendukung diresmikannya bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional Indonesia dan mengajarkan bahasa Jepang di seluruh kepulauan
dan dalam seluruh bidang kehidupan. Indonesia. Tentu saja maksud Jepang
kemudian akan menggantikan bahasa Jepang sebagai bahasa persatuan di Indonesia.
Tetapi karena waktu mereka di sini hanya tiga setengah tahun, maka besar
keuntungannya untuk Indonesia. Sebelum diganti dengan bahasa Jepang, Jepang
sudah kalah, dan bahasa Indonesia sudah tetap dan kuat kedudukannya.
Dengan makin intensifnya bahasa Indonesia dipergunakan dalam segala kehidupan di segenap kepulauan Nusantara, maka sastra Indonesia juga mengalami intensifikasi. Para pengarang beserta para seniman lainnya dikumpulkan Jepang di Kantor Pusat Kebudayaan dan dinamakan Keimin Bunka Shidosho. Pemusatan para seniman ini tentu saja tidak bisa lepas dari situasi perang dan maksud Jepang sendiri hendak menguasai Asia. Seniman-seniman dikerahkan untuk membuat lagu-lagu, lukisan-lukisan, slogan-slogan, sajak-sajak, sandiwara-sandiwara.
Dengan makin intensifnya bahasa Indonesia dipergunakan dalam segala kehidupan di segenap kepulauan Nusantara, maka sastra Indonesia juga mengalami intensifikasi. Para pengarang beserta para seniman lainnya dikumpulkan Jepang di Kantor Pusat Kebudayaan dan dinamakan Keimin Bunka Shidosho. Pemusatan para seniman ini tentu saja tidak bisa lepas dari situasi perang dan maksud Jepang sendiri hendak menguasai Asia. Seniman-seniman dikerahkan untuk membuat lagu-lagu, lukisan-lukisan, slogan-slogan, sajak-sajak, sandiwara-sandiwara.
2. TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE
1942-1945
1.
Usmar
Ismail
·
Pancaran
Cinta (1946)
·
Gema
Tanah Air (1948)
·
Puntung
Berasap (1949)
·
Diserang
rasa
2.
Amal
Hamzah
·
Pancaran
hidup aliran impresionisme
3.
Rosihan Anwar
·
Cerpen
yang berjudul ‘Radio Masyarakat’ aliran romantic realisme
4.Anas Ma’ruf
·
Rabindrana
Tagore
·
John
Steinbeck
·
William
·
Saroyan
5. M.S Ashar
·
Bunglon
6. Maria Amin
·
Tengoklah
Dunia Sana
7. Nursjamsu
· Gema Suasana (1948)
3. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
a. Kelebihan
· Akibat
situasi perang dan penderitaan lahir batin dijajah bangsa jepang telah
mematangkan jiwa bangsa kita.
· Bahasa
Indonesia bukan hanya sekedar alat untuk bercerita atau menyampaikan berita
atau rengekan-rengekan perasaan tetapi menjadi alat pengucapan sastra yang
dewasa.
· Kehidupan
yang tidak teratur dalam bidang ekonomi memaksa para pengarang Indonesia supaya
belajar hemat dalam berkata-kata.
b. Kelemahan
· Sastra indonesia mengalami intensifikasi dalam kehidupan
5.PERIODE 1945-1953
1. LATAR
BELAKANG
Latar belakang lahirnya
angkatan 45 ada dua hal yaitu kekejaman penjajahan,dan penderitaan akibat
revolusi.Sifat kesusastraanya adalah :
1. Isi cerita mengenai penderitaan rakyat yang diakibatkan oleh kekejaman penjajahan Jepang yang dilanjutkan oleh akibat perang merebut dan mempertahankan kemerdekaan .
2. Bentuk karangan kebanyakan berbentuk cerpen dan novel.
3. Bahasanya pendek-pendek tapi padat,agak kasar,kurang memperhatikan peraturan tata bahasa dan ejaan.
4. Bentuk puisi melahirkan bentuk baru yang meninggalkan segala peratuan persajakan yaitu disebut sajak bebas.Tema karangan adalah mengenai hal-hal yang semula dianggap tidak penting(cerpen tikus,celana pendek).Karangannya mendapat pengaruh dari para pujangga barat seperti pujanggaRusia,Amerika,Italia,Spanyol,Prancis,Inggris
Angkatan ’45 lahir ditengah dentuman meriam dan bom yang hebat dan dahsyat. Pada masa itu ada pemerintahan penduduk jepang yang sedang berkuasa ditanah air Indonesia. Nama angkatan ’45 sebenarnya dipakai sebagai lambang kemerdekaan dalam kesusastraan sesuai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno – Hatta tanggal 17 Agustus 1945.
1. Isi cerita mengenai penderitaan rakyat yang diakibatkan oleh kekejaman penjajahan Jepang yang dilanjutkan oleh akibat perang merebut dan mempertahankan kemerdekaan .
2. Bentuk karangan kebanyakan berbentuk cerpen dan novel.
3. Bahasanya pendek-pendek tapi padat,agak kasar,kurang memperhatikan peraturan tata bahasa dan ejaan.
4. Bentuk puisi melahirkan bentuk baru yang meninggalkan segala peratuan persajakan yaitu disebut sajak bebas.Tema karangan adalah mengenai hal-hal yang semula dianggap tidak penting(cerpen tikus,celana pendek).Karangannya mendapat pengaruh dari para pujangga barat seperti pujanggaRusia,Amerika,Italia,Spanyol,Prancis,Inggris
Angkatan ’45 lahir ditengah dentuman meriam dan bom yang hebat dan dahsyat. Pada masa itu ada pemerintahan penduduk jepang yang sedang berkuasa ditanah air Indonesia. Nama angkatan ’45 sebenarnya dipakai sebagai lambang kemerdekaan dalam kesusastraan sesuai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno – Hatta tanggal 17 Agustus 1945.
2. TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE
1945-1953
1. Chairil
Anwar
· Deru
Tjampur Debu (1949)
· Do’a
aliran ekspresionisme
· Aku
aliran idealisme
2. Asrul
Sani, Rivai Apin Chairil Anwar
· Tiga
Menguak Takdir (1950)
3. Idrus
· Novel
Surabaya aliran naturalisme
4. Pramoedya
Ananta Toer
· Bukan
Pasar Malam (1951)
· Ditepi
Kali Bekasi (1951)
· Gadis
Pantai aliran realisme sosialis
· Keluarga
Gerilja (1951)
· Mereka
jang Dilumpuhkan (1951)
· Perburuan
(1950)
· Tjerita
dari Blora (1963)
5. Mochtar
Lubis
· Djalan
Tak Ada Udjung (1958) aliran psikologisme
6. Achdiat
K. Mihardja
· Atheis
- 1958 aliran psikologisme
7. Trisno
Sumardjo
· Katahati
dan Perbuatan (1952) aliran
· Terjemahan
karya W. Shakespeare: Hamlet, Impian di tengah Musim, Macbeth, Raja Lear, Romeo
dan Julia, SaudagarVenezia, dll.
8. M.Balfas
· Lingkaran-lingkaran
Retak, kumpulan cerpen (1978)
9.
Utuy Tatang Sontani
· Suling
(1948)
· Tambera
(1952)
· Awal
dan Mira - drama satu babak (1962)
3.KELEBIHAN DAN
KELEMAHAN
1. Kelebihan
· Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang hidup dan berjiwa
· Menggunakan
bahasa percakapan sehari-hari yang bernilai citra
2. Kelemahan
· Tidak
menggunakan bahasa baku
6.
PERIODE
1953-1961
1. LATAR
BELAKANG
Periode 1953 – 1961,
merupakan periode yang mengalami berkabung karena telah kehilangan salah
seorang sastrawan pendobrak yakni Chairil Anwar. Pada periode ini yang menonjol
adalah adanya anggapan krisis sastra dan sastra majalah.
Wafatnya Chairil Anwar membawa dampak besar pada sahabat sastrawan lainnya. Banyak para sastrawan yang menjadi kurang semangat dalam menciptakan sebuah karya atau kurang produktif karena terbawa nuansa berkabung. Bukan hanya itu, pada tubuh pemerintahan mulai muncul kejenuhan sehingga bibit – bibit korupsi dan manipulasi mulai menjamur dan merusak masyarakat. Karena kedua hal tersebut diatas, mencuatlah anggapan krisis sastra.
Wafatnya Chairil Anwar membawa dampak besar pada sahabat sastrawan lainnya. Banyak para sastrawan yang menjadi kurang semangat dalam menciptakan sebuah karya atau kurang produktif karena terbawa nuansa berkabung. Bukan hanya itu, pada tubuh pemerintahan mulai muncul kejenuhan sehingga bibit – bibit korupsi dan manipulasi mulai menjamur dan merusak masyarakat. Karena kedua hal tersebut diatas, mencuatlah anggapan krisis sastra.
2. TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE 1953-1961
1. Ajip
Rosidi
· Cari
Muatan
· Di
tengah Keluarga (1956)
· Pertemuan
Kembali (1960
· Sebuah
Rumah Buat Hari Tua
· Tahun-tahun
Kematian (1955)
2. Ali
Akbar Navis
· Bianglala:
kumpulan tjerita pendek (1963)
· Hudjan
Panas (1963)
· Robohnja
Surau Kami: 8 tjerita pendek pilihan (1950)
3. Bokor
Hutasuhut
· Datang
Malam (1963)
4. Enday
Rasidin
· Surat
Cinta
5. Nh.
Dini
· Dua
Dunia (1950)
· Hati
jang Damai (1960)
6. Nugroho
Notosusanto
· Hujan
Kepagian (1958)
· Rasa
Sajangé (1961)
· Tiga
Kota (1959)
7. Ramadhan
K.H
· Api
dan Si Rangka
· Priangan
si Djelita (1956)
8. Sitor
Situmorang
· Dalam
Sadjak (1950)
· Djalan
Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
· Pertempuran
dan Saldju di Paris (1956)
· Surat
Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
· Wadjah
Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
9. Subagio
Sastrowardojo
· Simphoni
(1957)
10. Titis
Basino
· Pelabuhan
Hati (1978)
· Dia,
Hotel, Surat Keputusan (cerpen) (1963)
· Lesbian
(1976)
· Bukan
Rumahku (1976)
· Pelabuhan
Hati (1978)
· Di
Bumi Aku Bersua di Langit Aku Bertemu (1983)
· Trilogi:
Dari Lembah Ke Coolibah (1997); Welas Asih
· Merengkuh
Tajali (1997); Menyucikan Perselingkuhan (1998)
· Aku
Supiah Istri Wardian (1998)
· Tersenyumpun
Tidak Untukku Lagi (1998)
· Terjalnya
Gunung Batu (1998)
· Aku
Kendalikan Air, Api, Angin, dan Tanah (1998)
· Rumah
Kaki Seribu (1998)
· Tangan-Tangan
Kehidupan (1999)
· Bila
Binatang Buas Pindah Habitat (1999)
· Mawar
Hitam Milik Laras (1999)
11. Toto
Sudarto Bachtiar
· Suara
: kumpulan sadjak 1950-1955 (1962)
· Etsa,
sadjak-sadjak (1958)
12. Trisnojuwono
· Angin
Laut (1958)
· Dimedan
Perang (1962)
· Laki-laki
dan Mesiu (1951)
13.
W.S. Rendra
· Balada
Orang Tertjinta (1957)
· Empat
Kumpulan Sajak (1961)
· Ia
Sudah Bertualang dan tjerita-tjerita pendek lainnja (1963)
3.KELEBIHAN DAN
KELEMAHAN
1. Kelebihan
· Sastra
Indonesia sedang hidup subur dan berkembang
2. Kelemahan
· Gelanggang
seniman merdeka seakan-akan kehilangan vitalitas dalam pembuatan-pembuatan
karya baru, semenjak kematian Chairil Anwar.
· Kehidupan
nasional yang kabur dan tampak suram.
· Cerpen-cerpen
yang ditulis hanya berupa cerpen-cerpen kecil saja.
· Adanya
penyelewengan-penyelewengan akibat bosannya berjuang.
7.
PERIODE
1961 SAMPAI SEKARANG
1. LATAR
BELAKANG
Sastra Periode 66
Menegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI.
Menegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI.
Dekade 70-an – 80-an
Penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas.
Penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas.
Sastra Mutakhir (Dekade 90-an dan Periode 2000)
Memasuki era Reformasi yang sangat anti KKN dan praktik-praktik otoriter, penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran, mengandung renungan religiusitas dan nuansa-nuansa sufistik.
Memasuki era Reformasi yang sangat anti KKN dan praktik-praktik otoriter, penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran, mengandung renungan religiusitas dan nuansa-nuansa sufistik.
2. TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE 1961
SAMPAI SEKARANG
1.
Gerson
Poyk
·
roman
yang berjudul “hari-hari pertama”
2.
Satyagraha
Hoerip Soeprobo
·
roman
yang berjudul “ sepasang suami istri”
3.
B.
Soelarto
·
drama
yang berjudul “domba-domba revolusi”
4.
A.Bastari
Asmin
·
cerpen
yang berjudul “di tengah padang dan
laki-laki berkuda”.
5.
Bur
Rasuanto
·
roman
yang berjudul “sang Ayah”
3. KELEBIHAN
DAN KELEMAHAN
1. Kelebihan
· Mungkin
para pengarang laki-laki disebutkan karya-karyanya, itulah yang membedakan
antara pengarang laki-laki dan pengarang wanita.
2. Kelemhan
· Adanya
perbedaan-perbedaan pandangan mengenai seni dan sastra yang berpangkal pada
perbedaan-perbedaan pendirian politik.
· Adanya
polimek tentang paham “seni untuk seni” dan “seni untuk rakyat”.
· Pada
periode ini tidak diketahui karya-karya yang dihasilkan oleh para pengarang
wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar