Jumat, 12 Juni 2015

SEJARAH SASTRA PERIODE 1800 SAMPAI SEKARANG

 
RINGKASAN MATERI
SEJARAH SASTRA PERIODE 1800 SAMPAI SEKARANG

DOSEN PEMBIMBING : DWI WAHYU CANDRA DEWI, S.Pd, M.P.d

 

OLEH
NOOR JANAH
A1B112006


PENDIDIKAN BAHASA DAN SATRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013


1.    PERIODE 1800-1900

1.    LATAR BELAKANG
Masa ini sering disebut masa Peralihan. Adapun yang dimaksud ialah peralihan dari sastra lama ke sastra baru . Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang berunsur Islam di dalamnya
Secara umum, dapat dikatakan bahwa zaman peralihan yang dimaksudkan di sini adalah zaman peralihan di mana kebudayaan Hindu masih tetap meninggalkan pengaruhnya dan berangsur-ansur melemah. Sementara itu, pengaruh Islam mulai terlihat dalam kesusastraan Melayu.
Pada masa ini perkembangan antara kesusastraan Melayu Klasik dan kesusastraan Melayu Modern peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh pengarangnya.
2.    TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA ZAMAN PERALIHAN
1.      Abdullah bin Abdulkadir Munsji
karya-karyanya, yaitu :
a) Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdulkadir Munsyi dari
b) Singapura sampai ke Kelantan
c) Hikayat Abdullah
d) Kisah Pelayaran Abdullah dari Singapura sampai ke Mekah
e) Syair Singapura Terbakar
f) Syair Kampung Gelam Terbakar
g) Ceretera Kapal Asap
h) Ceretera Haji Sabar Ali
2.      Nurudin Ar Raniri
karya-karyanya, yaitu :
a) Bustan al Salatin
b) Siratul Mustaqim
c) Akhbar Al Akhirat
d) Jawahir Al Ulum
e) Syifa Al Qulub
f) Asrar Al Ihsan Fi Makrifat Ar Ruh Ar Rahman
g) Kitab Hillal Zil
h) Dan lain-lain
3.       Hamzah Fansuri
karya-karyanya, yaitu :
a) Prosa
• Asrar al-Arifin
• Sharab al-Asyikin
• Zinat al-Muwahidin
b) Puisi
• Syair Burung Unggas
• Syair Dagang
• Syair Perahu
• Syair Si Burung pipit
• Syair Si Burung Pungguk
• Syair Sidang Fakir

3.      KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
a.       Kelebihan
·      Menghasilkan karya-karya klasik
·      Karya-karya yang dihasilkan lebih banyak menggunakan bahasa melayu rendah
·      Mulai giatnya para pemimpin memperjuangkan bahasa melayu sebagai bahasa nasional
b.      Kekurangan
·      Bangsa-bangsa eropa pada mulanya datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah dan satu demi satu daerah dijajah.


2.    PERIODE 1900-1933 ( Periode Balai Pustaka )

1.    LATAR BELAKANG
Tujuan didirikannya Balai Pustaka ialah untuk mengembangkan bahasa – bahasa seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Melayu tinggi dan bahasa Madura. Serta mencegah pengaruh buruk dari bacaan yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar) yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah.
Tujuan inti didirikannya Komisi Bacaan Rakyat adalah meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda.
Tujuan lainnya adalah menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa hal ini bertujuan agar rakyat Indonesia buta terhadap informasi yang berkembang di negaranya sendiri.

2.    TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE 1900-1933
1.    Merari Siregar
·      Azab dan Sengsara aliran determenisme
2.    Marah Roesli
·      Siti Nurbaya aliran romantic idealis
3.    Nur Sultan Iskandar
·         Apa Dayaku Karena Aku Seorang Perempuan
4.    Abdul Muis
·         Salah Asuhan aliran didaktisme
·         Pertemuan jodoh aliran romantic
5.    Tulis Sutan Sati
·         Sengsara Membawa Nikmat
6.    Suman Hs.
·         Kasih Ta' Terlarai (1961)
7.    Adinegoro
·         Darah Muda
8.    Sutan Takdir Alisjahbana
·         Tak Putus Dirundung Malang aliran neonaturalisme
9.         Hamka
·         Di Bawah Lindungan Ka'bah (1938) aliran romantisme

3.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
a.    Munculnya kegemaran membaca
·           Meningkatkan pendidikan
·           Sadar akan kedudukan bangsa sebagai bangsa yang dijajah
b.    Kekurangan
·           Banyak cerita-cerita ditulis dalam bahasa melayu tetapi bukan dibuat oleh pengarang kelahiran melayu sementara.

3.    PERIODE 1933-1942 ( Periode Pujangga Baru )
1.        LATAR BELAKANG
Periode 1933-1942 disebut juga dengan Pujangga Baru. Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.
Periode ini ditandai dengan terbitnya majalah Poejangga Baroe yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane. Kelahiran majalah Poedjangga Baroe menjadi titik tolak kebangkitan kesusastraan Indonesia.

Mulanya keterangan resmi tentang majalah Poedjangga Baroe berbunyi “majalah kesustraan dan bangsa serta kebudayaan umum”, tetapi sejak tahun 1935 berubah menjadi ”pembawa semangat baru dalam kesustraan, seni, kebudayaan, dan soal masyarakat umum”dan tahun 1936 bunyinya berubah pula menjadi “ pembimbing semangat baru yang dinamis untuk membentuk kebudayaan persatuan Indonesia”.

Dalam perjalananya, majalah yang terbit pada bulan juli 1933 ini mengalami kesulitan, yaitu ketika Jepang masuk dan menduduki Indonesia, majalah Poejangga Baroe ini segera dilarang terbit karena dianggap kebarat-baratan. Tetapi setelah Indonesia merdeka, majalah ini diterbitkan kembali pada tahun 1948 sampai 1954.
2.        TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE 1933-1942
1.    Sutan Takdir Alisyahbana
Karya-karyanya antara lain :
• Layar Terkembang aliran idealisme
2.Armijn Pane
Karya-karyanya antara lain :
Belenggu  (1940) aliran psikologisme
3.Sanusi Pane
Karya-karyanya antara lain :
• Puspa Mega (puisi,1927)
4.Amir Hamzah
Karya-karyanya antara lain :
•Buah Rindu (puisi, 1941)
5.J. E. Tatengkeng
Karya-karyanya antara lain :
Rindu Dendam (sajak, 1934) aliran mistisisme

3.KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
a.    Kelebihan
· Membawa semangat baru dalam kesusastraan, seni, kebudayaan dan soal masyarakat umum.
b.    Kekurangan
· Lebih banyak pengarang yang berasal dari sumatera

4.    PERIODE 1942-1945 (Pematangan)
1.    LATAR BELAKANG
Dijajah Jepang selama tiga setengah tahun merupakan saat-saat yang penting dalam sejarah bangsa dan juga sastra Indonesia. Jepang mendukung diresmikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia dan mengajarkan bahasa Jepang di seluruh kepulauan dan dalam seluruh bidang kehidupan. Indonesia. Tentu saja maksud Jepang kemudian akan menggantikan bahasa Jepang sebagai bahasa persatuan di Indonesia. Tetapi karena waktu mereka di sini hanya tiga setengah tahun, maka besar keuntungannya untuk Indonesia. Sebelum diganti dengan bahasa Jepang, Jepang sudah kalah, dan bahasa Indonesia sudah tetap dan kuat kedudukannya.
Dengan makin intensifnya bahasa Indonesia dipergunakan dalam segala kehidupan di segenap kepulauan Nusantara, maka sastra Indonesia juga mengalami intensifikasi. Para pengarang beserta para seniman lainnya dikumpulkan Jepang di Kantor Pusat Kebudayaan dan dinamakan Keimin Bunka Shidosho. Pemusatan para seniman ini tentu saja tidak bisa lepas dari situasi perang dan maksud Jepang sendiri hendak menguasai Asia. Seniman-seniman dikerahkan untuk membuat lagu-lagu, lukisan-lukisan, slogan-slogan, sajak-sajak, sandiwara-sandiwara.

2.    TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE 1942-1945
1.    Usmar Ismail
·      Pancaran Cinta (1946)
·      Gema Tanah Air (1948)
·      Puntung Berasap (1949)
·      Diserang rasa

2.    Amal Hamzah
·      Pancaran hidup aliran impresionisme

3.     Rosihan Anwar
·      Cerpen yang berjudul ‘Radio Masyarakat’ aliran romantic realisme

4.Anas Ma’ruf
·      Rabindrana Tagore
·      John Steinbeck
·      William
·      Saroyan

5.      M.S Ashar
·      Bunglon

6.      Maria Amin
·      Tengoklah Dunia Sana

7. Nursjamsu
·      Gema Suasana (1948)

3.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
a.    Kelebihan
·      Akibat situasi perang dan penderitaan lahir batin dijajah bangsa jepang telah mematangkan jiwa bangsa kita.
·      Bahasa Indonesia bukan hanya sekedar alat untuk bercerita atau menyampaikan berita atau rengekan-rengekan perasaan tetapi menjadi alat pengucapan sastra yang dewasa.
·      Kehidupan yang tidak teratur dalam bidang ekonomi memaksa para pengarang Indonesia supaya belajar hemat dalam berkata-kata.
b.    Kelemahan
·      Sastra indonesia mengalami intensifikasi dalam kehidupan

5.PERIODE 1945-1953
1.    LATAR BELAKANG
Latar belakang lahirnya angkatan 45 ada dua hal yaitu kekejaman penjajahan,dan penderitaan akibat revolusi.Sifat kesusastraanya adalah :
1. Isi cerita mengenai penderitaan rakyat yang diakibatkan oleh kekejaman penjajahan Jepang yang dilanjutkan oleh akibat perang merebut dan mempertahankan kemerdekaan .
2. Bentuk karangan kebanyakan berbentuk cerpen dan novel.
3. Bahasanya pendek-pendek tapi padat,agak kasar,kurang memperhatikan peraturan tata bahasa dan ejaan.
4. Bentuk puisi melahirkan bentuk baru yang meninggalkan segala peratuan persajakan yaitu disebut sajak bebas.Tema karangan adalah mengenai hal-hal yang semula dianggap tidak penting(cerpen tikus,celana pendek).Karangannya mendapat pengaruh dari para pujangga barat seperti pujanggaRusia,Amerika,Italia,Spanyol,Prancis,Inggris

Angkatan ’45 lahir ditengah dentuman meriam dan bom yang hebat dan dahsyat. Pada masa itu ada pemerintahan penduduk jepang yang sedang berkuasa ditanah air Indonesia. Nama angkatan ’45 sebenarnya dipakai sebagai lambang kemerdekaan dalam kesusastraan sesuai dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno – Hatta tanggal 17 Agustus 1945.

2.    TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE 1945-1953
1.    Chairil Anwar
·      Deru Tjampur Debu (1949)
·      Do’a aliran ekspresionisme
·      Aku aliran idealisme
2.    Asrul Sani, Rivai Apin Chairil Anwar
·      Tiga Menguak Takdir (1950)
3.    Idrus
·      Novel Surabaya aliran naturalisme

4.    Pramoedya Ananta Toer
·      Bukan Pasar Malam (1951)
·      Ditepi Kali Bekasi (1951)
·      Gadis Pantai aliran realisme sosialis
·      Keluarga Gerilja (1951)
·      Mereka jang Dilumpuhkan (1951)
·      Perburuan (1950)
·      Tjerita dari Blora (1963)

5.    Mochtar Lubis
·      Djalan Tak Ada Udjung (1958) aliran psikologisme
6.    Achdiat K. Mihardja
·      Atheis - 1958 aliran psikologisme
7.    Trisno Sumardjo
·      Katahati dan Perbuatan (1952) aliran
·      Terjemahan karya W. Shakespeare: Hamlet, Impian di tengah Musim, Macbeth, Raja Lear, Romeo dan Julia, SaudagarVenezia, dll.

8.    M.Balfas
·      Lingkaran-lingkaran Retak, kumpulan cerpen (1978)

9.         Utuy Tatang Sontani
·      Suling (1948)
·      Tambera (1952)
·      Awal dan Mira - drama satu babak (1962)

3.KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1.    Kelebihan
·      Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang hidup dan berjiwa
·      Menggunakan bahasa percakapan sehari-hari yang bernilai citra
2.    Kelemahan
·      Tidak menggunakan bahasa baku

6.    PERIODE 1953-1961
1.    LATAR BELAKANG
Periode 1953 – 1961, merupakan periode yang mengalami berkabung karena telah kehilangan salah seorang sastrawan pendobrak yakni Chairil Anwar. Pada periode ini yang menonjol adalah adanya anggapan krisis sastra dan sastra majalah.
Wafatnya Chairil Anwar membawa dampak besar pada sahabat sastrawan lainnya. Banyak para sastrawan yang menjadi kurang semangat dalam menciptakan sebuah karya atau kurang produktif karena terbawa nuansa berkabung. Bukan hanya itu, pada tubuh pemerintahan mulai muncul kejenuhan sehingga bibit – bibit korupsi dan manipulasi mulai menjamur dan merusak masyarakat. Karena kedua hal tersebut diatas, mencuatlah anggapan krisis sastra.

2.    TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE 1953-1961
1.    Ajip Rosidi
·      Cari Muatan
·      Di tengah Keluarga (1956)
·      Pertemuan Kembali (1960
·      Sebuah Rumah Buat Hari Tua
·      Tahun-tahun Kematian (1955)

2.    Ali Akbar Navis
·      Bianglala: kumpulan tjerita pendek (1963)
·      Hudjan Panas (1963)
·      Robohnja Surau Kami: 8 tjerita pendek pilihan (1950)

3.    Bokor Hutasuhut
·      Datang Malam (1963)

4.    Enday Rasidin
·      Surat Cinta

5.    Nh. Dini
·      Dua Dunia (1950)
·      Hati jang Damai (1960)

6.    Nugroho Notosusanto
·      Hujan Kepagian (1958)
·      Rasa Sajangé (1961)
·      Tiga Kota (1959)

7.    Ramadhan K.H
·      Api dan Si Rangka
·      Priangan si Djelita (1956)

8.    Sitor Situmorang
·      Dalam Sadjak (1950)
·      Djalan Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
·      Pertempuran dan Saldju di Paris (1956)
·      Surat Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
·      Wadjah Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)

9.    Subagio Sastrowardojo
·      Simphoni (1957)

10.     Titis Basino
·      Pelabuhan Hati (1978)
·      Dia, Hotel, Surat Keputusan (cerpen) (1963)
·      Lesbian (1976)
·      Bukan Rumahku (1976)
·      Pelabuhan Hati (1978)
·      Di Bumi Aku Bersua di Langit Aku Bertemu (1983)
·      Trilogi: Dari Lembah Ke Coolibah (1997); Welas Asih
·      Merengkuh Tajali (1997); Menyucikan Perselingkuhan (1998)
·      Aku Supiah Istri Wardian (1998)
·      Tersenyumpun Tidak Untukku Lagi (1998)
·      Terjalnya Gunung Batu (1998)
·      Aku Kendalikan Air, Api, Angin, dan Tanah (1998)
·      Rumah Kaki Seribu (1998)
·      Tangan-Tangan Kehidupan (1999)
·      Bila Binatang Buas Pindah Habitat (1999)
·      Mawar Hitam Milik Laras (1999)

11.    Toto Sudarto Bachtiar
·      Suara : kumpulan sadjak 1950-1955 (1962)
·      Etsa, sadjak-sadjak (1958)

12.    Trisnojuwono
·      Angin Laut (1958)
·      Dimedan Perang (1962)
·      Laki-laki dan Mesiu (1951)

13.    W.S. Rendra
·      Balada Orang Tertjinta (1957)
·      Empat Kumpulan Sajak (1961)
·      Ia Sudah Bertualang dan tjerita-tjerita pendek lainnja (1963)

3.KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1.    Kelebihan
·      Sastra Indonesia sedang hidup subur dan berkembang
2.    Kelemahan
·      Gelanggang seniman merdeka seakan-akan kehilangan vitalitas dalam pembuatan-pembuatan karya baru, semenjak kematian Chairil Anwar.
·      Kehidupan nasional yang kabur dan tampak suram.
·      Cerpen-cerpen yang ditulis hanya berupa cerpen-cerpen kecil saja.
·      Adanya penyelewengan-penyelewengan akibat bosannya berjuang.

7.    PERIODE 1961 SAMPAI SEKARANG
1.    LATAR BELAKANG
Sastra Periode 66
Menegakkan keadilan dan kebenaran bnerdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran, bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI.
Dekade 70-an – 80-an
Penuh semangat eksperimentasi dalam berekspresi, merekam kehidupan masyarakat yang penuh keberagaman pemikiran dan penghayatan modernitas.
Sastra Mutakhir (Dekade 90-an dan Periode 2000)
Memasuki era Reformasi yang sangat anti KKN dan praktik-praktik otoriter, penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran, mengandung renungan religiusitas dan nuansa-nuansa sufistik.

2.    TOKOH-TOKOH SASTRAWAN DAN KARYANYA PADA PERIODE 1961 SAMPAI SEKARANG
1.    Gerson Poyk
·      roman yang berjudul “hari-hari pertama”
2.    Satyagraha Hoerip Soeprobo
·      roman yang berjudul “ sepasang suami istri”
3.      B. Soelarto
·      drama yang berjudul “domba-domba revolusi
4.      A.Bastari Asmin
·      cerpen yang berjudul “di tengah padang dan laki-laki berkuda”.
5.      Bur Rasuanto
·      roman yang berjudul “sang Ayah”
3.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1.    Kelebihan
·      Mungkin para pengarang laki-laki disebutkan karya-karyanya, itulah yang membedakan antara pengarang laki-laki dan pengarang wanita.
2.    Kelemhan
·      Adanya perbedaan-perbedaan pandangan mengenai seni dan sastra yang berpangkal pada perbedaan-perbedaan pendirian politik.
·      Adanya polimek tentang paham “seni untuk seni” dan “seni untuk rakyat”.
·      Pada periode ini tidak diketahui karya-karya yang dihasilkan oleh para pengarang wanita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar