MITOS
EMPAT NAMA SAHABAT NABI YANG DITULIS
Dosen:
Drs. H. Rustam Effendi, M.Pd, Ph.D.
RusmaNoortyani, S.Pd.M.Pd.
Oleh
Noor Janah
A1B112006
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA
DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014
KATA
PENGANTAR
Penulis
memanjatkan puji syukur kehadiat
Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang
hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini
saya mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing yaitu Drs. H. Rustam Effendi, M.Pd, Ph.D. dan Rusma
Noortyani, S.Pd. M.Pd. yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya sehingga
saya dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Mitos Empat Nama Sahabat Nabi yang Ditulis Disetiap Pojok Rumah.”
Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi semua.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Banjarmasin, 5 Desember
2014
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul……………………………………………………………………………
|
i
|
Kata
Pengantar...................................................................................................................
|
ii
|
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………
|
iii
|
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………………………….
|
1
|
1.1
Latar Belakang……………………………………………………………………….
|
1
|
1.2
Rumusan Masalah……………………………………………………………………
|
1
|
1.3
Tujuan Penelitian……………………………………………………………………..
|
1
|
1.4
Manfaat Penelitian……………………………………………………………………
|
2
|
BAB
II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………….
|
3
|
2.1
Mitos………………………………………………………………………………….
|
3
|
2.2
Kajian Mitos Roland Barthes………………………………………………………...
|
4
|
BAB
III METODOLOGI………………………………………………………………..
|
7
|
3.1
Metode………………………………………………………………………………..
|
7
|
3.2
Pendekatan……………………………………………………………………………
|
7
|
3.3
Sumber Data………………………………………………………………………….
|
7
|
3.4
Data Penelitian……………………………………………………………………….
|
8
|
3.5
Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………..
|
8
|
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………..
|
9
|
4.1
Kepercayaan Masyarakat Terhadap Mitos Empat Nama
Sahabat
Nabi yang Ditulis Disetiap Pojok Rumah…………………………………...
|
9
|
4.2
Kajian MitosEmpat Nama Sahabat Nabi dengan
Pendekatan
Rolang Barthes…………………………………………………………..
|
10
|
BAB
V PENUTUP………………………………………………………………………
|
11
|
5.1
Simpulan……………………………………………………………………………...
|
11
|
5.2
Saran………………………………………………………………………………….
|
11
|
LAMPIRAN……………………………………………………………………………...
|
12
|
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………….
|
13
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mitos adalah tradisi lisan yang
terbentuk di suatu masyarakat. Seperti juga daerah-daerah lain di Indonesia,
kepercayaan yang berbau gaib, mistis bahkan tahayul juga terdapat dalam
kepercayaan masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan. Kepercayaan yang dianggap
warisan zaman dahulu.
Dari
sudut pandang bahasa, Barthes (2003:122) mengartikan mitos sebagai satu jenis
tuturan. Barthes juga menjelaskan bahwa mitos termasuk sebuah sistem komunikasi
yang dengan demikian merupakan sebuah pesan yang kemudian tak mungkin dapat
menjadi sebuah objek, sebuah konsep, atau sebuah ide. Mitos adalah sebuah model
penandaan, yakni sebuah bentuk. Dalam pengkajian tanda (semiotik), secara umum
mitos diartikan sebagai bentuk bahasa yang mengandung peristiwa sosial yang
hidup. Mitos mengandung sebuah pesan yang diyakini oleh masyarakat tertentu dan
muncul ke permukaan melalui proses pengulangan. Lain ladang, lain pula
ilalangnya. Ungkapan ini dirasa pantas untuk mengetahui mitos-mitos yang ada
pada setiap masyarakat di dunia.
Setiap
daerah dengan kebudayaannya yang berbeda-beda tentu memiliki kepercayaan masing-masing,
terutama di Kalimantan Selatan. Kali ini saya akan membahas kepercayaan atau
mitos di daerah Kandangan, Hulu Sungai Selatan mengenai mitos empat nama
sahabat nabi yang ditulis disetiap pojok rumah dengan pendekatan Roland Barthes.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini:
1. Bagaimana
kepercayaan masyarakat terhadap mitos empat nama sahabat nabi yang ditulis
disetiap pojok rumah?
2. Bagaimana
kajian mitos empat nama sahabat nabi dengan pendekatan Roland Barthes?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan untuk melakukan penelitian
ini yaitu:
1. Mendeskripsikan
kepercayaan masyarakat terhadap mitos empat nama sahabat nabi yang ditulis
disetiap pojok rumah.
2. Mendeskripsikan
kajian mitos empat nama sahabat nabi dengan pendekatan Roland Barthes.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat
Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian
ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dalam bidang semiotik. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat dalam
pengajaran bahasa Indonesia. Khususnya tentang kajian mitos. Serta dapat
dijadikan sebagai
bahan perbandingan atau acuan
bagi penelitian berikutnya. Tidak menutup
kemungkinan pula bagi peneliti lain nantinya, untuk melanjutkan penelitan ini
dengan cakupan yang lebih luas.
1.4.2 Manfaat
Praktis
1.
Bagi remaja, menambah wawasan pengetahuan tentang mitos.
2.
Bagi penulis, karya ilmiah ini dijadikan
bahan pelajaran dalam bahasa Indonesia.
3.
Bagi masyarakat, memberikan
informasi tentang mitos empat nama sahabat nabi.
4.
Bagi peneliti, memberikan gambaran
faktual kepada pemakai bahasa mengenai makna mitos dalam kehidupan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mitos
Mitos
menurut Harsojo (1988) adalah sistem kepercayaan dari suatu kelompok manusia,
yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita suci yang
berhubungan dengan masa lalu. Mitos yang dalam arti asli sebagai kiasan dari
zaman purba merupakan cerita yang asal usulnya sudah dilupakan, namun ternyata
pada zaman sekarang mitos dianggap sebagai suatu cerita yang dianggap benar.
Manusia memerlukan sekali kehadiran alam sehingga terjadi hubungan yang erat
antara manusia dan alam. Levi-Strauss mengatakan bahwa, alam menjadi suatu
pengalaman yang menentukan hidup. Manusia bukanlah makhluk dari luar alam dan
makhluk yang agresif terhadap alam, melainkan sebagai bagian dari alam, manusia
harus bersahabat dengan alam yang menentukan hidup dan pikirannya.(http://krupukcair.wordpress.com/2010/07/23/peran-mitos-dalam-kehidupan-manusia/)
J.van
Baal (dalam Minsarwati, 2002) mengatakan bahwa mitos dikatakan sebagai cerita
di dalam kerangka sistem religi yang di masa lalu atau masa kini telah atau
sedang berlaku sebagai kebenaran keagamaan. Melalui mitologi dapat diperoleh
suatu kerangka acuan yang memungkinkan manusia memberi tempat kepada berbagai
ragam kesan dan pengalaman yang diperoleh semasa hidup. Berkat kerangka acuan
yang disediakan mitos, manusia dapat berorientasi dalam kehidupan ini. Ia tahu
dari mana ia datang dan kemana ia akan pergi, kesimpulannya mitos menyediakan
suatu pegangan hidup. Mitos menjelaskan bagaimana asal mula alam, pokok
kehidupan manusia dan tujuan manusia, yang akhirnya dengan mitos manusia dapat
tahu apa tujuannya dan bagaimana seharusnya bertingkah laku. Mitos biasanya
berisi wahyu tentang kenyataan yang bersifat supranatural, yang mempunyai
realitas, seperti mitos komogoni, adanya dewa dan kekuatan gaib, formulasi
mengenai hukum, etika, perintah tentang melaksanakan kewajiban agama dan hidup
bermasyarakat. Mitos berfungsi untuk mengkodifikasikan, memberikan dukungan dan
memberikan landasan dari kepercayaan tradisional dan tingkah laku (Harsojo,
1988:228).
(http://krupukcair.wordpress.com/2010/07/23/peran-mitos-dalam-kehidupan-manusia)
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mitos merupakan suatu cerita rakyat,
sejarah orang suci, yang diyakini dan disucikan oleh masyarakat dan dijadikan sebagai
pedoman hidup atau hukum tak tertulis yang mengatur perilaku masyarakat.
Mitos merupakan
bagian dari sistem kepercayaan, dalam artian kepercayaan terhadap
kekuatan-kekuatan gaib yang telah menarik perhatian manusia, terutama pada
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya. Hal ini tercermin dari
kepercayaan manusia terhadap peristiwa-peristiwa alamiah diluar jangkauan
kekuasaan manusia seperti adanya kelahiran, kematian, perjalanan jagad raya,
bencana dan sebagainya. Di balik peristiwa itu manusia meyakini ada pengaruh
dari kekuasaan luar biasa, penuh misteri, sedangkan manusia tidak bisa
membuktikannya dengan akal pikiran mereka.
2.2 Kajian Mitos Roland Barthes
Roland
Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks
pembentukan kalimat dan menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan
bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang
yang berbeda situasinya.
Roland
Barthes menjadi tokoh yang begitu identik dengan kajian semiotik. Pemikiran
semiotik Barthes bisa dikatakan paling banyak digunakan dalam penelitian.
Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep mythologies
atau mitos. Sebagai penerus dari pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan
interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya,
interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan
diharapkan oleh penggunanya. (Kriyantono, 2007 : 268). (http://arifbudi.lecture.ub.ac.id/2014/03/semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna)
Konsep pemikiran Barthes yang operasional ini
dikenal dengan Tatanan Pertandaan (Order of Signification). Secara sederhana,
kajian semiotik Barthes bisa dijabarkan sebagai berikut :
-Denotasi
Denotasi
merupakan makna sesungguhnya, atau sebuah fenomena yang tampak dengan panca
indera, atau bisa juga disebut deskripsi dasar. Contohnya adalah Coca-Cola
merupakan minuman soda yang diproduksi oleh PT. Coca-Cola Company, dengan warna
kecoklatan dan kaleng berwarna merah.
-Konotasi
Konotasi
merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktipan pembaca agar dapat berfungsi.
Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem
pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada
sebelumnya.
Sistem ke-dua ini
oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya
secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Konotasi
merupakan makna-makna kultural yang muncul atau bisa juga disebut makna yang
muncul karena adanya konstruksi budaya sehingga ada sebuah pergeseran, tetapi
tetap melekat pada simbol atau tanda tersebut. Contoh adalah Coca-Cola
merupakan minuman yang identik dengan budaya modern, di mana Coca-Cola menjadi
salah satu produk modern dan cenderung kapitalis. Dengan mengkonsumsi
Coca-Cola, seorang individu akan tampak modern dan bisa dikatakan memiliki
pemikiran budaya populer.
Dua
aspek kajian dari Barthes di atas merupakan kajian utama dalam meneliti
mengenai semiotik. Kemudian Barthes juga menyertakan aspek mitos, yaitu di mana
ketika aspek konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat, maka mitos telah
terbentuk terhadap tanda tersebut. Pemikiran Barthes inilah yang dianggap
paling operasional sehingga sering digunakan dalam penelitian.
Kerangka
Barthes,
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan
yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak
pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem
sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang
kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu
tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi,
maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat
menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk
halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat
pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi
menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat
kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai
sebuah Mitos.
Roland
Barthes (1915-1980) menggunakan teori siginifiant-signifié dan muncul
dengan teori mengenai konotasi. Perbedaan pokoknya adalah Barthes menekankan
teorinya pada mitos dan pada masyarakat budaya tertentu (bukan individual).
Barthes mengemukakan bahwa semua hal yang dianggap wajar di dalam suatu
masyarakat adalah hasil dari proses konotasi. (http://banggaberbahasa.blogspot.com/2012/09/semiotika-menurut-pandangan-roland_820.html)
Dalam
konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun
juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada
dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara
umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes. Di dalam semiologi
Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat
pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi
justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk
melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba
menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih
lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah
(Budiman, 1999:22). (http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika)
Dalam
kerangka Barthes,
konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan
berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai
dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat
pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang
unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau
dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di
dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Metode
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode
penelitian deskriptif cenderung digunakan dalam penelitian kualitatif terutama
dalam mengumpulkan data serta menggambarkan data secara ilmiah. Deskriptif
merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat dan sesuai dengan sifat alamiah
itu sendiri. Hal ini menjadi dasar penelitian, karena dalam penelitian ini
peneliti mendeskripsikan dan mengkaji mitos empat nama sahabat nabi yang
ditulis disetiap pojok rumah dengan pendekatan Roland Barthes.
Rosdy
Ruslan (2003:24) mengemukakan bahwa metode merupakan kegiatan ilmiah yang
berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau
objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.
3.2 Pendekatan
Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan semiotik Roland
Barthes. Roland Barthes menjadi tokoh yang begitu identik dengan kajian
semiotik. Pemikiran semiotik Barthes memang sering digunakan dalam penelitian.
Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep mythologies
atau mitos. Sebagai penerus dari pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan
interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya,
interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan
diharapkan oleh penggunanya. (Kriyantono, 2007 : 268). (http://arifbudi.lecture.ub.ac.id/2014/03/semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna)
3.3 Sumber
Data
Sumber
data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara pengamatan langsung ke lapangan
dan wawancara kepada informan yang dipilih. Data juga diambil dari cerita
sejarah kisah orang-orang terdahulu di
daerah Kandangan. Dari para informan tersebut dapat dihasilkan data yang akurat.
Pedoman wawancara adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya.
3.4 Data
Penelitian
Data adalah kumpulan informasi
yang diperoleh dari suatu pengamatan. Data dalam penelitian ini berupa mitos empat nama sahabat
nabi yang ditulis disetiap pojok rumah. Tulisan empat nama sahabat nabi
tersebut dianggap sebagai pengusir setan, iblis, dan jin oleh masyarakat
Kandangan.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Patton (Moleong,
2002: 246) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Data yang sudah
terkumpul akan dianalisis sesuai dengan teori yang ada pada penelitian. Dalam
pengolahan data, penulis menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis
data.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Kepercayaan
Masyarakat Terhadap Mitos Empat Nama Sahabat Nabi yang Ditulis Disetiap Pojok
Rumah
Masyarakat
Kandangan mempercayai bahwa tulisan empat nama sahabat nabi dapat mengusir
setan, iblis, dan jin. Namun, hati mereka tetap bergantung
kepada sang kuasa, karena semua itu hanya sebagai perantara. Adapun
empat sahabat nabi tersebut ialah Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Biasanya empat nama sahabat nabi tersebut ditulis
disetiap pojok rumah. Nama-nama tersebut ditulis dalam bahasa Arab.
Perlu
kita ketahui bahwa setiap pojok rumah itu adalah tempat masuknya angin jahat
yang dibawa oleh jin, iblis ataupun setan. Makanya nama-nama tersebut ditulis
disetiap pojok rumah karena biasanya rumah itu cenderung berbentuk persegi
sehingga ruangan tengah akan ikut terjaga juga dari gangguan jin, iblis, maupun
setan. Hal ini dipercayai oleh masyarakat bahwa jika dalam setiap pojok rumah
ada tulisan nama-nama sahabat nabi tersebut maka setan, iblis dan jin takut
atau tidak mau masuk kedalam rumah, sehingga keadaan rumah menjadi damai,
tentram, serta sejahtera karena setan, iblis, dan jin tidak bisa mengganggu
orang-orang yang tinggal dirumah tersebut.
Tulisan
nama-nama sahabat nabi Muhammad tersebut memiliki makna tersendiri, yaitu Umar
bin Khattab adalah seorang sahabat yang pemberani, sampai-sampai setan, iblis
dan jin jika mau bertemu beliau di jalan, sebelum bertemu mereka sudah berbelok
arah agar tidak bertemu dengan Umar. Sedangkan Usman bin Affan adalah orang
yang kaya raya memiliki sifat dermawan. Karena sifat beliau yang dermawan itu
setan, iblis dan jin segan dengan beliau, dan mereka enggan untuk mengganggu
Usman. Adapun Abu Bakar As Siddiq adalah orang yang memiliki iman yang sangat
kuat baik kepada Allah maupun Rasulullah, jadi karena hal tersebut setan, iblis
dan jin tidak berani mengganggu atau menggoda Abu Bakar. Terakhir, Ali bin Abi
Thalib adalah seorang sahabat yang memiliki ilmu, ilmu yang merupakan pintu
dari ilmu-ilmu yang biasa disebut madinatul ilmu. Nah, karena ilmu yang
dimilikinya tersebut setan, iblis dan jin juga segan dengan Ali.
Tulisan
nama-nama tersebut mengandung unsur religius karena masyarakat yang beragama
islam mempercayai atau meyakini bahwa orang shaleh seperti sahabat-sahabat nabi tidak meninggal, mereka masih
hidup . Yang dimaksud masih hidup disini adalah ruhnya, ruhnya yang masih bisa
melihat alam dunia walaupun jasadnya
telah tidak ada lagi atau meninggal. Dan nama mereka itu mulia disisi Allah
sehingga memiliki qaromah.
Untuk
menulis nama-nama sahabat nabi tersebut setiap orang memiliki niat yang
berbeda-beda, karena menulisnya memakai hakikat hati nurani, dengan niat dan
tujuan masing-masing. Misalnya, kita menulis nama Umar, kita berniat mengambil
berkah mudah-mudahan dengan berkah sayyidina Umar semua yang ada dalam rumah
diselamatkan dari gangguan dan kejahatan jin serta manusia.
Namun,
sangat disayangkan masyarakat
sekarang
kurang mempercayai mitos tersebut sehingga hampir punah. Itu semua disebabkan karena
kurangnya pendidikan agama tentang sejarah nabi dan para sahabat, yaitu masalah
keimanan dan keyakinan terhadap islam sebagai agama. Anak-anak zaman sekarang
banyak memilih pendidikn umum, untuk bekal kehidupan dunia di masa tua, bukan
pendidikn ilmu agama untuk kehidupan akhirat. Memang boleh dan sah-sah saja
mempelajari ilmu umum, tapi ilmu agama juga sangat penting untuk menambah
keimanan dan keyakinan. Dengan demikian, mitos-mitos yang diwariskan oleh nenek
moyang hampir punah dan sudah diaggap sebagai angin lalu.
4.2
Kajian
Mitos Empat Nama Sahabat Nabi dengan Pendekatan Roland Barthes
Makna
denotasi dari empat nama sahabat nabi adalah sebuah nama atau sebutan. Empat
nama sahabat nabi tersebut ialah, Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Usman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Sering disebut Khulafaur Rasyidin.
Makna
konotasi dari tulisan empat nama sahabat nabi adalah dianggap sebagai pengusir
setan, iblis, dan jin.
Makna
denotasi kemudian berubah menjadi makna konotasi karena hal tersebut sudah
dipercayai masyarakat Kandangan atau sudah menjadi tradisi dari dahulu sampai
sekarang. Masyarakat yang beragama islam mempercayai atau meyakini bahwa orang
shaleh seperti sahabat-sahabat nabi tidak meninggal, mereka masih hidup . Yang dimaksud
masih hidup disini adalah ruhnya, ruhnya yang masih bisa melihat alam
dunia walaupun jasadnya telah tidak ada
lagi atau meninggal. Dan nama mereka itu mulia disisi Allah sehingga memiliki
qaromah. Dengan demikian, “tulisan empat nama sahabat nabi” akhirnya dianggap
sebagai sebuah mitos.
BAB V
PENUTUP
5.1
Simpulan
1.
Masyarakat Kandangan mempercayai bahwa
tulisan empat nama sahabat nabi dapat mengusir setan, iblis, dan jin.
2.
Makna yang awalnya denotasi kemudian
berubah menjadi makna konotasi karena itu sudah menjadi kepercayaan masyarakat
Kandangan atau sudah menjadi tradisi dari dahulu sampai sekarang sehingga
dianggap sebagai mitos.
5.2
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti
menyampaikan saran yang berkaitan dengan mitos empat nama sahabat nabi bagi
para peneliti berikutnya agar bisa mengembangkan penelitian ini dengan baik.
Mengingat
lebih bervariasinya mitos di daerah Kandangan, kebervariasian itu dapat
menjadikan kajian yang menarik untuk ditelaah lebih lanjut. Seperti halnya
mitos tentang hantu atau makhluk halus, tuturan mitos kejadian (kehamilan,
kelahiran, perkawinan, dan kematian), dan banyak tuturan mitos lainnya.
Penulis
menyarankan kepada akademis linguistik untuk dapat melanjutkan kajian mitos ini
kepada kajian yang lebih bervariasi dan mendalam. Kepada masyarakat dan para
akademis nonlinguistik, penulis menyarankan untuk tidak menganggap rendah,
udik, atau kampungan atas sebuah mitos. Karena tanpa disadari, setiap manusia
dipengaruhi oleh mitos-mitos yang berada di sekitarnya. Tanpa disadari pula
semakin kuno atau modern seseorang, semakin kuno dan modern pula mitos yang
mengikuti mereka.
Meski
terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, penulis berharap agar
penelitian dan penulisan ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti
selanjutnya. Demikian pula untuk calon peneliti selanjutnya, semoga dapat
berinovasi terhadap mitos sehingga menemukan kajian yang lebih bervariasi dan
lebih komprehensif. Akhirnya, penulis pun berharap semoga tulisan ini
memberikan banyak manfaat.
LAMPIRAN
Instrumen
1. Tanggal
Wawancara : 4 Desember 2014
2. Waktu
Wawancara : 08.30 WITA
3. Identitas
Responden
Nama Responden : Akhmad Jumaidi
Alamat : Desa Pakan Dalam Kec. Daha Utara Kab. HSS
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan Terakhir : Ponpes Al-Muradiyah Nagara
Nama Responden : Akhmad Jumaidi
Alamat : Desa Pakan Dalam Kec. Daha Utara Kab. HSS
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan Terakhir : Ponpes Al-Muradiyah Nagara
Mitos: Tulisan empat nama sahabat nabi
dianggap sebagai pengusir setan, iblis, dan jin
Menggunakan pertanyaan untuk wawancara
Pertanyaan:
1.
Siapa saja empat nama sahabat nabi
tersebut?
2.
Mengapa tulisan empat nama sahabat nabi
dianggap sebagai pengusir setan, iblis, dan jin?
3.
Apakah tulisan empat nama sahabat nabi
mengandung unsur religius?
4.
Mengapa harus di tulis di pojok rumah?
5.
Seberapa yakinkah anda kalau tulisan
empat nama sahabat nabi itu dapat mengusir setan, iblis, dan jin?
6.
Bagaimana pandangan masyarakat sekarang
terhadap mitos tersebut?
DAFTAR PUSTAKA
Rafiek. 2012. Teori
Sastra Kajian Teori dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.
http://arifbudi.lecture.ub.ac.id/2014/03/semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna (diunggah
2 Agustus 2014)
http://banggaberbahasa.blogspot.com/2012/09/semiotika-menurut-pandangan-roland_820.html
(diunggah 2 Agustus 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika
(diunggah 2 Agustus 2014)
http://krupukcair.wordpress.com/2010/07/23/peran-mitos-dalam-kehidupan-manusia
(diunggah 2 Agustus 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar