Kamis, 11 Juni 2015

MITOS EMPAT NAMA SAHABAT NABI YANG DITULIS DISETIAP POJOK RUMAH

MITOS EMPAT NAMA SAHABAT NABI YANG DITULIS
DISETIAP POJOK RUMAH


Dosen:
Drs. H. Rustam Effendi, M.Pd, Ph.D.
RusmaNoortyani, S.Pd.M.Pd.


 


Oleh
Noor Janah
A1B112006


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
                                                                          2014         




KATA PENGANTAR

            Penulis memanjatkan puji syukur kehadiat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada  dosen pembimbing yaitu Drs. H. Rustam Effendi, M.Pd, Ph.D. dan Rusma Noortyani, S.Pd. M.Pd. yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Mitos Empat Nama Sahabat Nabi yang Ditulis Disetiap Pojok Rumah.” Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi semua. Amin Ya Rabbal Alamin.





Banjarmasin, 5 Desember 2014







DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………………
i
Kata Pengantar...................................................................................................................
ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………
iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….
1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….
1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………
1
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………..
1
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………………
2
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………….
3
2.1 Mitos………………………………………………………………………………….
3
2.2 Kajian Mitos Roland Barthes………………………………………………………...
4
BAB III METODOLOGI………………………………………………………………..
7
3.1 Metode………………………………………………………………………………..
7
3.2 Pendekatan……………………………………………………………………………
7
3.3 Sumber Data………………………………………………………………………….
7
3.4 Data Penelitian……………………………………………………………………….
8
3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………..
8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………..
9
4.1 Kepercayaan Masyarakat Terhadap Mitos Empat Nama
Sahabat Nabi yang Ditulis Disetiap Pojok Rumah…………………………………...

9
4.2 Kajian MitosEmpat Nama Sahabat Nabi dengan
Pendekatan Rolang Barthes…………………………………………………………..

10
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………
11
5.1 Simpulan……………………………………………………………………………...
11
5.2 Saran………………………………………………………………………………….
11
LAMPIRAN……………………………………………………………………………...
12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….
13




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mitos adalah tradisi lisan yang terbentuk di suatu masyarakat. Seperti juga daerah-daerah lain di Indonesia, kepercayaan yang berbau gaib, mistis bahkan tahayul juga terdapat dalam kepercayaan masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan. Kepercayaan yang dianggap warisan zaman dahulu.
Dari sudut pandang bahasa, Barthes (2003:122) mengartikan mitos sebagai satu jenis tuturan. Barthes juga menjelaskan bahwa mitos termasuk sebuah sistem komunikasi yang dengan demikian merupakan sebuah pesan yang kemudian tak mungkin dapat menjadi sebuah objek, sebuah konsep, atau sebuah ide. Mitos adalah sebuah model penandaan, yakni sebuah bentuk. Dalam pengkajian tanda (semiotik), secara umum mitos diartikan sebagai bentuk bahasa yang mengandung peristiwa sosial yang hidup. Mitos mengandung sebuah pesan yang diyakini oleh masyarakat tertentu dan muncul ke permukaan melalui proses pengulangan. Lain ladang, lain pula ilalangnya. Ungkapan ini dirasa pantas untuk mengetahui mitos-mitos yang ada pada setiap masyarakat di dunia.
Setiap daerah dengan kebudayaannya yang berbeda-beda tentu memiliki kepercayaan masing-masing, terutama di Kalimantan Selatan. Kali ini saya akan membahas kepercayaan atau mitos di daerah Kandangan, Hulu Sungai Selatan mengenai mitos empat nama sahabat nabi yang ditulis disetiap pojok rumah dengan pendekatan Roland Barthes.                
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam penelitian ini:
1.    Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap mitos empat nama sahabat nabi yang ditulis disetiap pojok rumah?
2.    Bagaimana kajian mitos empat nama sahabat nabi dengan pendekatan Roland Barthes?
1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan untuk melakukan penelitian ini yaitu:
1.    Mendeskripsikan kepercayaan masyarakat terhadap mitos empat nama sahabat nabi yang ditulis disetiap pojok rumah.
2.    Mendeskripsikan kajian mitos empat nama sahabat nabi dengan pendekatan Roland Barthes.
1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1   Manfaat Teoritis
 Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan dalam bidang semiotik. Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat dalam pengajaran bahasa Indonesia. Khususnya tentang kajian mitos. Serta dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau acuan bagi penelitian berikutnya. Tidak menutup kemungkinan pula bagi peneliti lain nantinya, untuk melanjutkan penelitan ini dengan cakupan yang lebih luas.
1.4.2   Manfaat Praktis
1.      Bagi remaja, menambah wawasan  pengetahuan tentang mitos.
2.      Bagi penulis, karya ilmiah ini dijadikan bahan pelajaran dalam bahasa Indonesia.
3.      Bagi masyarakat,  memberikan  informasi tentang mitos empat nama sahabat nabi.
4.      Bagi peneliti, memberikan gambaran faktual kepada pemakai bahasa mengenai makna mitos dalam kehidupan.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1    Mitos                                                          
Mitos menurut Harsojo (1988) adalah sistem kepercayaan dari suatu kelompok manusia, yang berdiri atas sebuah landasan yang menjelaskan cerita-cerita suci yang berhubungan dengan masa lalu. Mitos yang dalam arti asli sebagai kiasan dari zaman purba merupakan cerita yang asal usulnya sudah dilupakan, namun ternyata pada zaman sekarang mitos dianggap sebagai suatu cerita yang dianggap benar. Manusia memerlukan sekali kehadiran alam sehingga terjadi hubungan yang erat antara manusia dan alam. Levi-Strauss mengatakan bahwa, alam menjadi suatu pengalaman yang menentukan hidup. Manusia bukanlah makhluk dari luar alam dan makhluk yang agresif terhadap alam, melainkan sebagai bagian dari alam, manusia harus bersahabat dengan alam yang menentukan hidup dan pikirannya.(http://krupukcair.wordpress.com/2010/07/23/peran-mitos-dalam-kehidupan-manusia/)
J.van Baal (dalam Minsarwati, 2002) mengatakan bahwa mitos dikatakan sebagai cerita di dalam kerangka sistem religi yang di masa lalu atau masa kini telah atau sedang berlaku sebagai kebenaran keagamaan. Melalui mitologi dapat diperoleh suatu kerangka acuan yang memungkinkan manusia memberi tempat kepada berbagai ragam kesan dan pengalaman yang diperoleh semasa hidup. Berkat kerangka acuan yang disediakan mitos, manusia dapat berorientasi dalam kehidupan ini. Ia tahu dari mana ia datang dan kemana ia akan pergi, kesimpulannya mitos menyediakan suatu pegangan hidup. Mitos menjelaskan bagaimana asal mula alam, pokok kehidupan manusia dan tujuan manusia, yang akhirnya dengan mitos manusia dapat tahu apa tujuannya dan bagaimana seharusnya bertingkah laku. Mitos biasanya berisi wahyu tentang kenyataan yang bersifat supranatural, yang mempunyai realitas, seperti mitos komogoni, adanya dewa dan kekuatan gaib, formulasi mengenai hukum, etika, perintah tentang melaksanakan kewajiban agama dan hidup bermasyarakat. Mitos berfungsi untuk mengkodifikasikan, memberikan dukungan dan memberikan landasan dari kepercayaan tradisional dan tingkah laku (Harsojo, 1988:228). (http://krupukcair.wordpress.com/2010/07/23/peran-mitos-dalam-kehidupan-manusia)
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mitos merupakan suatu cerita rakyat, sejarah orang suci, yang diyakini dan disucikan oleh masyarakat dan dijadikan sebagai pedoman hidup atau hukum tak tertulis yang mengatur perilaku masyarakat.
Mitos merupakan bagian dari sistem kepercayaan, dalam artian kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang telah menarik perhatian manusia, terutama pada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya. Hal ini tercermin dari kepercayaan manusia terhadap peristiwa-peristiwa alamiah diluar jangkauan kekuasaan manusia seperti adanya kelahiran, kematian, perjalanan jagad raya, bencana dan sebagainya. Di balik peristiwa itu manusia meyakini ada pengaruh dari kekuasaan luar biasa, penuh misteri, sedangkan manusia tidak bisa membuktikannya dengan akal pikiran mereka.

2.2    Kajian Mitos Roland Barthes
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya.
Roland Barthes menjadi tokoh yang begitu identik dengan kajian semiotik. Pemikiran semiotik Barthes bisa dikatakan paling banyak digunakan dalam penelitian. Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep mythologies atau mitos. Sebagai penerus dari pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. (Kriyantono, 2007 : 268). (http://arifbudi.lecture.ub.ac.id/2014/03/semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna)
 Konsep pemikiran Barthes yang operasional ini dikenal dengan Tatanan Pertandaan (Order of Signification). Secara sederhana, kajian semiotik Barthes bisa dijabarkan sebagai berikut :
-Denotasi                            
Denotasi merupakan makna sesungguhnya, atau sebuah fenomena yang tampak dengan panca indera, atau bisa juga disebut deskripsi dasar. Contohnya adalah Coca-Cola merupakan minuman soda yang diproduksi oleh PT. Coca-Cola Company, dengan warna kecoklatan dan kaleng berwarna merah.
-Konotasi
Konotasi merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktipan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.
Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Konotasi merupakan makna-makna kultural yang muncul atau bisa juga disebut makna yang muncul karena adanya konstruksi budaya sehingga ada sebuah pergeseran, tetapi tetap melekat pada simbol atau tanda tersebut. Contoh adalah Coca-Cola merupakan minuman yang identik dengan budaya modern, di mana Coca-Cola menjadi salah satu produk modern dan cenderung kapitalis. Dengan mengkonsumsi Coca-Cola, seorang individu akan tampak modern dan bisa dikatakan memiliki pemikiran budaya populer.
Dua aspek kajian dari Barthes di atas merupakan kajian utama dalam meneliti mengenai semiotik. Kemudian Barthes juga menyertakan aspek mitos, yaitu di mana ketika aspek konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat, maka mitos telah terbentuk terhadap tanda tersebut. Pemikiran Barthes inilah yang dianggap paling operasional sehingga sering digunakan dalam penelitian.
Kerangka Barthes,
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos.
Roland Barthes (1915-1980) menggunakan teori siginifiant-signifié dan muncul dengan teori mengenai konotasi. Perbedaan pokoknya adalah Barthes menekankan teorinya pada mitos dan pada masyarakat budaya tertentu (bukan individual). Barthes mengemukakan bahwa semua hal yang dianggap wajar di dalam suatu masyarakat adalah hasil dari proses konotasi. (http://banggaberbahasa.blogspot.com/2012/09/semiotika-menurut-pandangan-roland_820.html)
Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes. Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Budiman, 1999:22). (http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika)
Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.


BAB III
METODOLOGI

3.1    Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode penelitian deskriptif cenderung digunakan dalam penelitian kualitatif terutama dalam mengumpulkan data serta menggambarkan data secara ilmiah. Deskriptif merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat dan sesuai dengan sifat alamiah itu sendiri. Hal ini menjadi dasar penelitian, karena dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan dan mengkaji mitos empat nama sahabat nabi yang ditulis disetiap pojok rumah dengan pendekatan Roland Barthes.
Rosdy Ruslan (2003:24) mengemukakan bahwa metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.
                                                                                                           
3.2    Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan semiotik Roland Barthes. Roland Barthes menjadi tokoh yang begitu identik dengan kajian semiotik. Pemikiran semiotik Barthes memang sering digunakan dalam penelitian. Konsep pemikiran Barthes terhadap semiotik terkenal dengan konsep mythologies atau mitos. Sebagai penerus dari pemikiran Saussure, Roland Barthes menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. (Kriyantono, 2007 : 268). (http://arifbudi.lecture.ub.ac.id/2014/03/semiotik-simbol-tanda-dan-konstruksi-makna)

3.3    Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara pengamatan langsung ke lapangan dan wawancara kepada informan yang dipilih. Data juga diambil dari cerita sejarah kisah orang-orang  terdahulu di daerah Kandangan. Dari para informan tersebut dapat dihasilkan data yang akurat. Pedoman wawancara adalah dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
3.4    Data Penelitian
       Data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari suatu pengamatan. Data dalam penelitian ini berupa mitos empat nama sahabat nabi yang ditulis disetiap pojok rumah. Tulisan empat nama sahabat nabi tersebut dianggap sebagai pengusir setan, iblis, dan jin oleh masyarakat Kandangan.

3.5.  Teknik Pengumpulan Data
Patton (Moleong, 2002: 246) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Data yang sudah terkumpul akan dianalisis sesuai dengan teori yang ada pada penelitian. Dalam pengolahan data, penulis menggunakan pendekatan semiotik untuk menganalisis data.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Kepercayaan Masyarakat Terhadap Mitos Empat Nama Sahabat Nabi yang Ditulis Disetiap Pojok Rumah
Masyarakat Kandangan mempercayai bahwa tulisan empat nama sahabat nabi dapat mengusir setan, iblis, dan jin. Namun, hati mereka tetap bergantung kepada sang kuasa, karena semua itu hanya sebagai perantara. Adapun empat sahabat nabi tersebut ialah Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Biasanya empat nama sahabat nabi tersebut ditulis disetiap pojok rumah. Nama-nama tersebut ditulis dalam bahasa Arab.
Perlu kita ketahui bahwa setiap pojok rumah itu adalah tempat masuknya angin jahat yang dibawa oleh jin, iblis ataupun setan. Makanya nama-nama tersebut ditulis disetiap pojok rumah karena biasanya rumah itu cenderung berbentuk persegi sehingga ruangan tengah akan ikut terjaga juga dari gangguan jin, iblis, maupun setan. Hal ini dipercayai oleh masyarakat bahwa jika dalam setiap pojok rumah ada tulisan nama-nama sahabat nabi tersebut maka setan, iblis dan jin takut atau tidak mau masuk kedalam rumah, sehingga keadaan rumah menjadi damai, tentram, serta sejahtera karena setan, iblis, dan jin tidak bisa mengganggu orang-orang yang tinggal dirumah tersebut.
Tulisan nama-nama sahabat nabi Muhammad tersebut memiliki makna tersendiri, yaitu Umar bin Khattab adalah seorang sahabat yang pemberani, sampai-sampai setan, iblis dan jin jika mau bertemu beliau di jalan, sebelum bertemu mereka sudah berbelok arah agar tidak bertemu dengan Umar. Sedangkan Usman bin Affan adalah orang yang kaya raya memiliki sifat dermawan. Karena sifat beliau yang dermawan itu setan, iblis dan jin segan dengan beliau, dan mereka enggan untuk mengganggu Usman. Adapun Abu Bakar As Siddiq adalah orang yang memiliki iman yang sangat kuat baik kepada Allah maupun Rasulullah, jadi karena hal tersebut setan, iblis dan jin tidak berani mengganggu atau menggoda Abu Bakar. Terakhir, Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabat yang memiliki ilmu, ilmu yang merupakan pintu dari ilmu-ilmu yang biasa disebut madinatul ilmu. Nah, karena ilmu yang dimilikinya tersebut setan, iblis dan jin juga segan dengan Ali.
Tulisan nama-nama tersebut mengandung unsur religius karena masyarakat yang beragama islam mempercayai atau meyakini bahwa orang shaleh seperti sahabat-sahabat nabi tidak meninggal, mereka masih hidup . Yang dimaksud masih hidup disini adalah ruhnya, ruhnya yang masih bisa melihat alam dunia  walaupun jasadnya telah tidak ada lagi atau meninggal. Dan nama mereka itu mulia disisi Allah sehingga memiliki qaromah.
Untuk menulis nama-nama sahabat nabi tersebut setiap orang memiliki niat yang berbeda-beda, karena menulisnya memakai hakikat hati nurani, dengan niat dan tujuan masing-masing. Misalnya, kita menulis nama Umar, kita berniat mengambil berkah mudah-mudahan dengan berkah sayyidina Umar semua yang ada dalam rumah diselamatkan dari gangguan dan kejahatan jin serta manusia.
Namun, sangat disayangkan masyarakat sekarang kurang mempercayai mitos tersebut sehingga hampir punah. Itu semua disebabkan karena kurangnya pendidikan agama tentang sejarah nabi dan para sahabat, yaitu masalah keimanan dan keyakinan terhadap islam sebagai agama. Anak-anak zaman sekarang banyak memilih pendidikn umum, untuk bekal kehidupan dunia di masa tua, bukan pendidikn ilmu agama untuk kehidupan akhirat. Memang boleh dan sah-sah saja mempelajari ilmu umum, tapi ilmu agama juga sangat penting untuk menambah keimanan dan keyakinan. Dengan demikian, mitos-mitos yang diwariskan oleh nenek moyang hampir punah dan sudah diaggap sebagai angin lalu.

4.2    Kajian Mitos Empat Nama Sahabat Nabi dengan Pendekatan Roland Barthes
Makna denotasi dari empat nama sahabat nabi adalah sebuah nama atau sebutan. Empat nama sahabat nabi tersebut ialah, Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Sering disebut Khulafaur Rasyidin.
Makna konotasi dari tulisan empat nama sahabat nabi adalah dianggap sebagai pengusir setan, iblis, dan jin.
Makna denotasi kemudian berubah menjadi makna konotasi karena hal tersebut sudah dipercayai masyarakat Kandangan atau sudah menjadi tradisi dari dahulu sampai sekarang. Masyarakat yang beragama islam mempercayai atau meyakini bahwa orang shaleh seperti sahabat-sahabat nabi tidak meninggal, mereka masih hidup . Yang dimaksud masih hidup disini adalah ruhnya, ruhnya yang masih bisa melihat alam dunia  walaupun jasadnya telah tidak ada lagi atau meninggal. Dan nama mereka itu mulia disisi Allah sehingga memiliki qaromah. Dengan demikian, “tulisan empat nama sahabat nabi” akhirnya dianggap sebagai sebuah mitos.




BAB V
PENUTUP
5.1    Simpulan
1.    Masyarakat Kandangan mempercayai bahwa tulisan empat nama sahabat nabi dapat mengusir setan, iblis, dan jin.
2.    Makna yang awalnya denotasi kemudian berubah menjadi makna konotasi karena itu sudah menjadi kepercayaan masyarakat Kandangan atau sudah menjadi tradisi dari dahulu sampai sekarang sehingga dianggap sebagai mitos.
5.2    Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti menyampaikan saran yang berkaitan dengan mitos empat nama sahabat nabi bagi para peneliti berikutnya agar bisa mengembangkan penelitian ini dengan baik.
Mengingat lebih bervariasinya mitos di daerah Kandangan, kebervariasian itu dapat menjadikan kajian yang menarik untuk ditelaah lebih lanjut. Seperti halnya mitos tentang hantu atau makhluk halus, tuturan mitos kejadian (kehamilan, kelahiran, perkawinan, dan kematian), dan banyak tuturan mitos lainnya.
Penulis menyarankan kepada akademis linguistik untuk dapat melanjutkan kajian mitos ini kepada kajian yang lebih bervariasi dan mendalam. Kepada masyarakat dan para akademis nonlinguistik, penulis menyarankan untuk tidak menganggap rendah, udik, atau kampungan atas sebuah mitos. Karena tanpa disadari, setiap manusia dipengaruhi oleh mitos-mitos yang berada di sekitarnya. Tanpa disadari pula semakin kuno atau modern seseorang, semakin kuno dan modern pula mitos yang mengikuti mereka.
Meski terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, penulis berharap agar penelitian dan penulisan ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya. Demikian pula untuk calon peneliti selanjutnya, semoga dapat berinovasi terhadap mitos sehingga menemukan kajian yang lebih bervariasi dan lebih komprehensif. Akhirnya, penulis pun berharap semoga tulisan ini memberikan banyak manfaat.




LAMPIRAN

Instrumen

1.    Tanggal Wawancara           : 4 Desember 2014
2.    Waktu Wawancara             : 08.30 WITA
3.    Identitas Responden
Nama Responden               : Akhmad Jumaidi
Alamat                                : Desa Pakan Dalam Kec. Daha Utara Kab. HSS
Umur                                  : 32 Tahun
Pekerjaan                            : Buruh
Pendidikan Terakhir           : Ponpes Al-Muradiyah Nagara

Mitos: Tulisan empat nama sahabat nabi dianggap sebagai pengusir setan, iblis, dan jin
                   
Menggunakan pertanyaan untuk wawancara

Pertanyaan:
1.      Siapa saja empat nama sahabat nabi tersebut?
2.      Mengapa tulisan empat nama sahabat nabi dianggap sebagai pengusir setan, iblis, dan jin?
3.      Apakah tulisan empat nama sahabat nabi mengandung unsur religius?
4.      Mengapa harus di tulis di pojok rumah?
5.      Seberapa yakinkah anda kalau tulisan empat nama sahabat nabi itu dapat mengusir setan, iblis, dan jin?
6.      Bagaimana pandangan masyarakat sekarang terhadap mitos tersebut?







DAFTAR PUSTAKA

Rafiek. 2012. Teori Sastra Kajian Teori dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika (diunggah 2 Agustus 2014)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar