KOMPETENSI
DOSEN
DALAM
MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
Oleh:
Kartini NIM A1B112024
Khairun Nisa NIM
A1B112057
Nor Anita NIM A1B112017
Noor Janah NIM A1B112006
Nor Jannah Hasan NIM A1B112089
Nur Ayu Lestari NIM A1B112031
Siti Nailah NIM A1B112011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG
MANGKURAT
BANJARMASIN
2015
1. Latar
Belakang Masalah
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Sedangkan pengertian belajar menurut
Gagne dalam bukunya ‘The Conditions of Learning’ (1977) belajar merupakan
sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang
keadaannya berbeda dari sebelumnya individu berada dalam situasi belajar dan
sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya
suatu pengalaman atau latihan. Perbedaan dengan perubahan serta merta akibat
refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Agar proses belajar dapat terlaksana dan tercapainya
tujuan pembelajaran maka harus ada pengajar atau guru serta harus ada sarana
dan prasarana yang disediakan. Selain sarana dan prasarana dalam proses belajar
juga harus didukung adanya interaksi yang baik dalam proses belajar tersebut.
Interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal
balik antara guru dengan peserta didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi
belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara peserta didik
dengan temannya, antara peserta didik dengan gurunya ada suatu komunikasi
sosial atau pergaulan. Dalam proses interaksi seorang guru harus dapat
mengelola interaksi dengan baik dengan peserta didiknya, selain membangun
interaksi yang baik guru juga harus memiliki kompetensi dalam mengajar agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kompetensi dosen dalam
memberikan pengajaran kepada mahasiswa? Sesuai dengan rumusan masalah tersebut maka
tujuan dari penelitian ini adalah agar dosen memiliki kompetensi dalam
memberikan pengajaran kepada mahasiswa.
Manfaat dari penelitian ini adalah dosen akan lebih
meningkatkan kompetensinya dalam mengajar. Dosen tidak hanya sekedar memiliki
pengetahuan tentang kompetensi dalam mengajar, tetapi dapat mengaplikasikannya
dalam mengajar di kelas.
2. Kajian
Teori
A. Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar
Guru sebagai tenaga professional di bidang
kependidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan
konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat
teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan
melaksanakan interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua
modal besar, yakni kemampuan mendesain program dan ketrampilan mengomunikasikan
program itu kepada anak didik. Dua modal ini telah terumuskan di dalam sepuluh
kompetensi guru, dan memang “mengelola interaksi belajar mengajar” itu sendiri
merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi guru.
B.
Sepuluh Kompetensi Guru
Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru
Berdasarkan Kompetensi”. Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai model cara
mengklasifikasikan. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh
kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru.
Sepuluh kompetensi guru itu dijabarkan sebagai berikut:
1) Menguasai Bahan
Sebelum guru itu tampil di depan kelas untuk mengelola
interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa
yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya
proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat
menyampaikan materi perjalanan secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud
“menguasai bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan
materi, yakni:
a) Menguasai bahan bidang studi dalam
kurikulum sekolah.
b) Menguasai bahan pengayaan atau penunjang
bidang studi.
2) Mengelola
Program Belajar Mengajar
Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program
belajar-mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh
guru. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:
a) merumuskan
tujuan intruksional atau pembelajaran.
b) mengenal dan
dapat menggunakan proses intruksional yang tepat.
c) melaksanakan
program belajar mengajar.
d)
mengenal
kemampuan anak didik.
e) merencanakan
dan melaksanakan program remidial.
3) Mengelola Kelas
Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu
mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya
proses belajar mengajar. Seandainya belum kondisi yang kondusif, guru harus
seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas
akan menyangkut: mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajan dan
menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Berkaitan dengan hal tersebut,
secara kongkret ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh guru, yakni:
a) langkah-langkah
siswa yang sudah sesuai dengan tujuan perlu dikembangkan dengan memberi
dukungan yang positif;
b) guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa
menyimpang dari tugas;
c) sikap siswa yang keras ditanggapi dengan
memadai dan tenang.
d) guru
harus selalu memerhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak
diharapkan.
4)
Menggunakan
Media atau Sumber
Berikut ini adalah beberapa langkah yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media sebagai berikut:
a) mengenal,
memilih dan menggunakan sesuatu media.
b) membuat
alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.
c) menggunakan
dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.
d) menggunakan
buku pegangan atau buku sumber.
e) menggunakan
perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
f) menggunakan
unit microteaching dalam program
pengalaman lapangan.
5) Menguasai
Landasan-Landasan Kependidikan
Pendidikan adalah serangkaian usaha
untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan
dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam
rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu, maka sistem pendidikan
akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian
antara pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta antara aspek
lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional dirumuskan
sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Rumusan
pendidikan nasional sebagaimana diuraikan diatas, didasari pada Pancasila dan
UUD 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 merupakan landasan
konstitusional. Di dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 dijelaskan bahwa:
a) tiap-tiap
warga negara berhak mendapat pengajaran.
b) pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur
dengan undang-undang.
6) Mengelola
Interaksi Belajar Mengajar
Di dalam proses belajar-mengajar,
kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan.
Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa
menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain.
Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses
belajar mengajar itu akan saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan belajar bagi anak didik. Jelasnya, proses interaksi antara guru dan
siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi
komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi keberhasilan interaksi
belajar mengajar tersebut.
7) Menilai
Prestasi Siswa untuk Kepentingan Pengajaran
Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan
interaksi belajar mengajar, masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana
pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran. Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan.
Perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat pada kegiatan yang lain,
misalnya soal kreativitas, gaya belajar bahkan juga dapat membawa akibat
perbedaan dalam hal prestasi belajar siswa. Persoalan ini perlu diketahui oleh
guru. Sehingga dapat mengambil tindakan-tindakan intruksional yang lebih tepat
dan memadai.
8) Mengenal
Fungsi dan Program Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
Dalam tugas dan peranannya di sekolah,
guru juga sebagai pembimbing ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru
harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah
serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama
para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.
9) Mengenal dan
Menyelenggarakan Administrasi Sekolah
Guru di sekolah di samping berperan
sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai administrator. Dengan
demikian, guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal
ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.
10) Memahami
Prinsip-Prinsip dan Menafsirkan Hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan Pengajaran
Di samping bertugas sebagai pendidik dan
pembimbing anak didik dalam rangka pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan
bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal
ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses belajar mengajar.
Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun guru untuk
terus dapat menjawab. Dengan demikian, akan menambah wawasan bagi guru dalam
upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang dinamis.
3. Pembahasan
a.
Menguasai
Bahan
Dosen
yang kami teliti telah menguasai bahan. Materi yang sedang diajarkan adalah
mengenai penulisan karya ilmiah, termasuk ejaan yang benar dalam bahasa
Indonesia. Penguasaan bahan atau materi dapat diidentifikasi dari cara dosen
tersebut membenarkan karya ilmiah mahasiswa ketika ada kesalahan. Berikut
kutipannya.
Dosen : Kemudian hati-hati ada halaman
enam alinea ketiga itu ya?
Novinda : Iya, Pak.
Dosen : Apa salahnya?
Novinda : Seharusnya menjorok ke dalam.
Dosen : Nah, ya. Jadi terlalu kosong. Kemudian
angkanya kembali kamu, ke zaman, apa? Jahiliyah ya.
Novinda : Bapak?
Dosen : Apa?
Novinda : Tapi ini mengikuti dari A pak.
Dosen : Lambang. Saya tanya sesudah lambang
kebanggaan kebahasaan itu kan kembali ke? zaman jahiliyah.
Novinda : Ooo.
Dosen : Paham?
Novinda : Paham, paham, paham.
Dosen : Sudah berulang-ulang saya beri tahu itu
ya. Makanya itu rincian itu jangan sampai menyamai bos, ya! Nanti dimarahi bos.
Kamu suka memakai awal kalimat di dalam, ya? Sebetulnya itu membahayakan, di
dalam, dalam. Kalau tidak menguasai bisa janggal. Malah bisa salah. Kalau di
dalam itu lebih pas pada makna konkrit, tapi kalau dalam bermakna abstrak ya!
Di dalam rumah itu, jelas tapi dalam rumah itu, beda ya! Tidak boleh di dalam
balik pintu itu ya! Kamu, di dalam situasi itu, nah, dalam situasi! itu harus
tahu.
b.
Mengelola
Program Belajar Mengajar
Terjadinya
interaksi belajar mengajar di kelas antara dosen dan mahasiswa telah
menunjukkan bahwa dosen tersebut dapat mengelola program belajar mengajar,
yaitu dengan terlaksananya program belajar mengajar di kelas.
c.
Mengelola
Kelas
Dosen
dapat mengelola kelas dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh sikap dosen yang
dapat menanggapi mahasiswanya dengan memadai dan tetap tenang. Selain itu,
dosen memberikan tindakan yang tepat ketika ada mahasiswa yang tidak mengumpul
tugas. Berikut kutipannya.
Dosen
: Ada yang belum mengumpul?
Tidak ada ya?
Novi
: Saya pak.
Dosen
: Ada apa?
Novi :
Dibawa teman, Pak.
Dosen
: Ke mana?
Novi
: Dibawa teman pak.
Dosen
: Iya, ke mana?
Novi
: Tidak tahu juga, dia
kemarin pinjam.
Dosen
: Saya tanya tadi, ke mana
dibawanya?
Novi
: Di Sultan Adam.
Dosen
: Rumah kamu dimana?
Novi
: Kayu tangi ujung.
Dosen
: Memang ada namanya kayu
tangi ujung?
Novi
: Ada pak.
Dosen
: Ada ya? Tulisannya kayu
tangi ujung?
Novi
: Tidak ada, maksudnya
jalan kayu tangi ujung.
Dosen
: Kira-kira berapa menit dari
rumah kamu ke sultan adam?
Novi
: Lima belas menit pak.
Dosen
: Jadi, mulai hari minggu
sampai sekarang belum bertemu?
Novi
: Belum.
Dosen
: Dia kuliah di mana?
Novi
: Di POLTEK.
Dosen
: Ada nomor ponselnya?
Novi
: Tidak ada pak.
Dosen
: Masa teman tidak punya
nomor ponselnya? Bagaimana?
Novi
: Dari BBM saja, Pak.
Dosen
: Ada pinnya? (Suasana hening) berarti itu
tidak bisa di bawa ke pengadilan itu ditolak mentah-mentah oleh hakim. Asal
kalian tahu makanya jangan melakukan kejahatan. Nah, dalam perkuliahan ini
harus mempunyai teman, kalau mempunyai musuh susah berurusan berapa hari dia
pinjam bahkan mungkin sampai hilang. Saya pikir tadi pulkam dia. Nah, saya
sarankan simpan data di surel, kalau mau mencetak bisa langsung di tempat. Mau
memperbaiki juga tidak masalah. Apa itu surel?
Akhmat
Yasir : Surat elektronik, Pak.
d.
Mengelola Interaksi Belajar Mengajar
Dosen telah melakukan interaksi belajar mengajar dengan
baik dengan mahasiswanya. Hal tersebut digambarkan pada
kutipan berikut ini.
Dosen
: Siapa namanya?
Bahjatul
: Ulun pak, Bahjatul.
Dosen
: Alasannya?
Bahjatul
: Data ulun hilang, Pak.
Dosen
: Ada di toko banyak yang
jual.
Bahjatul
: Datanya itu di dalam
flashdisk.
Dosen
: Data aslinya di mana?
Bahjatul
: Di laptop.
Dosen
: Laptopnya mana?
Bahjatul
: Rusak, Pak. Di tempat servis
belum selesai diperbaiki.
Dosen
: Dua sudah, siapa lagi?
(Salah
satu mahasiswa mengacungkan tangan)
Dosen
: Kamu? Apa alasannya?
Lisa
: Belum saya perbaiki.
Dosen
: Memangnya rusak? Kalau
diperbaiki artinya?
Mahasiswa
: Rusak (menjawab serentak).
Lisa
: Masih belum dibenarkan.
Dosen
: Ayo belum di? Di revisi, dibetulkan. Apa
bedanya dibetulkan dengan dibenarkan?
e.
Mengenal Fungsi dan Program
Bimbingan dan Penyuluhan
Dosen
dalam melakukan interaksi belajar mengajar dikelas tidak hanya melakukan
pengajaran, tetapi juga memberikan bimbingan kepada mahasiswa. Hal ini
menggambarkan bahwa dosen tersebut mengenal fungsi dan program bimbingan dan
penyuluhan. Hal tersebut digambarkan pada kutipan berikut ini.
Jirin : Kapan Bapak menentukan layak
atau tidaknya usulan kami itu?
Dosen
: Dari awal saya sudah mengatakan untuk serius. Ini saja masih belum
layak untuk diseminarkan. Kalau sudah memenuhi syarat baru seminar. Minggu depan
berarti ya! Harus kerja keras! Dan saya akan menyeleksi, yang tidak bisa
terpaksa tahun depan. Yang belum mengumpul minggu depan dicek berapa jumlahnya
yang ada di dalam plastik itu? (Menunjukkan bungkusan plastik). Sudah waktunya
salat. Bagi laki-laki segera
ke mesjid dan perempuan bagi yang bisa silakan salat. Saya akhiri
wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh
f. Memahami
Prinsip-Prinsip dan Menafsirkan Hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan Pengajaran
Interaksi yang terjadi dapat memancing
baik mahasiswa maupun dosen untuk terus dapat menjawab pertanyaan yang ada. Dengan
demikian, akan menambah wawasan bagi dosen dalam upaya mengembangkan interaksi
belajar mengajar yang dinamis. Hal ini menggambarkan dosen tersebut telah
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran. Hal tersebut tergambar pada kutipan berikut ini.
Novinda : Bapak, bapak.
Dosen : Apa?
Novinda : Saya mau bertanya. Yang lambang kebanggan
kebahasaan tadi, kalau, eee, sepenangkapan saya, maksud bapa itu dihilangkan
bagian ininya.
Dosen : Dihilangkan? Saya tidak bisa
menghilangkan, tapi kalu menyulap bisa. Paham? Jadi dihapus atau ayo diapakan?
Apa?
Mahasiswa : Diganti.
Dosen : Diganti, ya bisa kalau ada
penggantinya? Apa?
Mahasiswa : Dihilangkan.
Dosen : Halaman berapa tadi?
Novinda : Halaman enam.
Dosen : Enam, ya? Yang pertama saya tegur tadi
karena? Apa? awal alinea kan?
Novinda : Ya.
Dosen : Yang kamu tanyakan?
Novinda : Yang tadi itu, Pak. Satu lambang
kebanggan kebahasaan.
Dosen : Ni perinciannya menggunakan angka, kembali
ke bos, tahu bos? Bosnya apa? Ini kan anak buah ni.
Novinda : Bosnya, A pak.
Dosen : Hah?
Novinda : Bosnya, A.
Dosen : Bosnya apa dari saya?
Novin : Ooh, ada tutup kurungnya.
Dosen : Apa kurung-kurung? ini bosnya
ne A.
Novinda : Ya.
Dosen : Bosnya lagi angka. Nah, kamu ke angka ini
kajian pustaka ya! Ini akan dimarahi bos sama pangkat.
Novinda : Ooh, iya pak. paham, paham, paham.
4. Penutup
A. Simpulan
Dari hasil pengamatan kami, dapat
disimpulkan kompetensi yang dimiliki dosen dalam pengelolaan interaksi belajar
mengajar sudah bagus karena dosen tersebut telah memenuhi enam dari sepuluh
kompetensi seorang dosen. Enam kompetensi yang dicapai dosen tersebut antara
lain, menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas,
mengelola interaksi belajar mengajar, mengenal fungsi dan program
bimbingan dan penyuluhan, memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
B. Saran
Kami menyarankan untuk para
calon pendidik agar mampu memiliki kompetensi yang sudah ditetapkan untuk
terciptanya suatu interaksi belajar mengajar yang baik dan benar. Untuk
peneliti selanjutnya, yang tertarik untuk meneliti mengenai kompetensi dari seorang
pengajar ini dapat menjadi contoh dalam meneliti kompetensi seorang dosen. Penelitian
ini bukan hanya bermanfaat untuk pembaca, tetapi juga bermanfaat bagi kita
semua.
Daftar
Pustaka
Sardiman.
2010. Interaksi dan Motivasi
Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar