Senin, 15 Juni 2015

PENELITIAN INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR


KOMPETENSI DOSEN
DALAM MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR




Oleh:

Kartini                           NIM A1B112024
Khairun Nisa                 NIM A1B112057
Nor Anita                      NIM A1B112017
Noor Janah                    NIM A1B112006
Nor Jannah Hasan          NIM A1B112089
Nur Ayu Lestari             NIM A1B112031
Siti Nailah                      NIM A1B112011

PROGRAM  STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2015



1.    Latar Belakang Masalah
Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Sedangkan pengertian belajar menurut Gagne dalam bukunya ‘The Conditions of Learning’ (1977) belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaannya berbeda dari sebelumnya individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Perbedaan dengan perubahan serta merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Agar proses belajar dapat terlaksana dan tercapainya tujuan pembelajaran maka harus ada pengajar atau guru serta harus ada sarana dan prasarana yang disediakan. Selain sarana dan prasarana dalam proses belajar juga harus didukung adanya interaksi yang baik dalam proses belajar tersebut.
Interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan peserta didik, atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara peserta didik dengan temannya, antara peserta didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan. Dalam proses interaksi seorang guru harus dapat mengelola interaksi dengan baik dengan peserta didiknya, selain membangun interaksi yang baik guru juga harus memiliki kompetensi dalam mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kompetensi dosen dalam memberikan pengajaran kepada mahasiswa? Sesuai dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini adalah agar dosen memiliki kompetensi dalam memberikan pengajaran kepada mahasiswa.
Manfaat dari penelitian ini adalah dosen akan lebih meningkatkan kompetensinya dalam mengajar. Dosen tidak hanya sekedar memiliki pengetahuan tentang kompetensi dalam mengajar, tetapi dapat mengaplikasikannya dalam mengajar di kelas.


2.    Kajian Teori
A.       Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar
Guru sebagai tenaga professional di bidang kependidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua modal besar, yakni kemampuan mendesain program dan ketrampilan mengomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal ini telah terumuskan di dalam sepuluh kompetensi guru, dan memang “mengelola interaksi belajar mengajar” itu sendiri merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi guru.
B.    Sepuluh Kompetensi Guru
Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”. Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program S1 salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu dijabarkan sebagai berikut:
1)   Menguasai Bahan
Sebelum guru itu tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi perjalanan secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud “menguasai bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni:
a)   Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
b)  Menguasai bahan pengayaan atau penunjang bidang studi.
2)   Mengelola Program Belajar Mengajar
Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut:
a)    merumuskan tujuan intruksional atau pembelajaran.
b)    mengenal dan dapat menggunakan proses intruksional yang tepat.
c)    melaksanakan program belajar mengajar.
d)    mengenal kemampuan anak didik.
e)    merencanakan dan melaksanakan program remidial.
3)   Mengelola Kelas
Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Seandainya belum kondisi yang kondusif, guru harus seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas akan menyangkut: mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajan dan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Berkaitan dengan hal tersebut, secara kongkret ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh guru, yakni:
a) langkah-langkah siswa yang sudah sesuai dengan tujuan perlu dikembangkan dengan memberi dukungan yang positif;
b)  guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari tugas;
c)  sikap siswa yang keras ditanggapi dengan memadai dan tenang.
d) guru harus selalu memerhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak diharapkan.
4)    Menggunakan Media atau Sumber
       Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media sebagai berikut:
a) mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media.
b)  membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.
c)   menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.
d)   menggunakan buku pegangan atau buku sumber.
e)   menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
f)    menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan.
5)     Menguasai Landasan-Landasan Kependidikan
         Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu, maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.
Rumusan pendidikan nasional sebagaimana diuraikan diatas, didasari pada Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 merupakan landasan konstitusional. Di dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 dijelaskan bahwa:
a) tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
b) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.
6)   Mengelola Interaksi Belajar Mengajar
       Di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Jelasnya, proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi keberhasilan interaksi belajar mengajar tersebut.
7)   Menilai Prestasi Siswa untuk Kepentingan Pengajaran
       Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar mengajar, masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan. Perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreativitas, gaya belajar bahkan juga dapat membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi belajar siswa. Persoalan ini perlu diketahui oleh guru. Sehingga dapat mengambil tindakan-tindakan intruksional yang lebih tepat dan memadai.
8)    Mengenal Fungsi dan Program Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
       Dalam tugas dan peranannya di sekolah, guru juga sebagai pembimbing ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.
9)   Mengenal dan Menyelenggarakan Administrasi Sekolah
        Guru di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.
10) Memahami Prinsip-Prinsip dan Menafsirkan Hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan Pengajaran
       Di samping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses belajar mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun guru untuk terus dapat menjawab. Dengan demikian, akan menambah wawasan bagi guru dalam upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang dinamis.

3.    Pembahasan
a.       Menguasai Bahan
Dosen yang kami teliti telah menguasai bahan. Materi yang sedang diajarkan adalah mengenai penulisan karya ilmiah, termasuk ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia. Penguasaan bahan atau materi dapat diidentifikasi dari cara dosen tersebut membenarkan karya ilmiah mahasiswa ketika ada kesalahan. Berikut kutipannya.
Dosen              : Kemudian hati-hati ada halaman enam alinea ketiga itu ya?
Novinda          : Iya, Pak.
Dosen              : Apa salahnya?
Novinda          : Seharusnya menjorok ke dalam.
Dosen              : Nah, ya. Jadi terlalu kosong. Kemudian angkanya kembali kamu, ke zaman, apa? Jahiliyah ya.
Novinda          : Bapak?
Dosen              : Apa?
Novinda          : Tapi ini mengikuti dari A pak.
Dosen             : Lambang. Saya tanya sesudah lambang kebanggaan kebahasaan itu kan kembali ke? zaman jahiliyah.
Novinda          : Ooo.
Dosen              : Paham?
Novinda          : Paham, paham, paham.
Dosen             : Sudah berulang-ulang saya beri tahu itu ya. Makanya itu rincian itu jangan sampai menyamai bos, ya! Nanti dimarahi bos. Kamu suka memakai awal kalimat di dalam, ya? Sebetulnya itu membahayakan, di dalam, dalam. Kalau tidak menguasai bisa janggal. Malah bisa salah. Kalau di dalam itu lebih pas pada makna konkrit, tapi kalau dalam bermakna abstrak ya! Di dalam rumah itu, jelas tapi dalam rumah itu, beda ya! Tidak boleh di dalam balik pintu itu ya! Kamu, di dalam situasi itu, nah, dalam situasi! itu harus tahu.

b.      Mengelola Program Belajar Mengajar
Terjadinya interaksi belajar mengajar di kelas antara dosen dan mahasiswa telah menunjukkan bahwa dosen tersebut dapat mengelola program belajar mengajar, yaitu dengan terlaksananya program belajar mengajar di kelas.

c.       Mengelola Kelas
Dosen dapat mengelola kelas dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh sikap dosen yang dapat menanggapi mahasiswanya dengan memadai dan tetap tenang. Selain itu, dosen memberikan tindakan yang tepat ketika ada mahasiswa yang tidak mengumpul tugas. Berikut kutipannya.
Dosen              : Ada yang belum mengumpul? Tidak ada ya?
Novi                : Saya pak.
Dosen              : Ada apa?
Novi               : Dibawa teman, Pak.
Dosen              : Ke mana?
Novi                : Dibawa teman pak.
Dosen              : Iya, ke mana?
Novi                : Tidak tahu juga, dia kemarin pinjam.
Dosen              : Saya tanya tadi, ke mana dibawanya?
Novi                : Di Sultan Adam.
Dosen              : Rumah kamu dimana?
Novi                : Kayu tangi ujung.
Dosen              : Memang ada namanya kayu tangi ujung?
Novi                : Ada pak.
Dosen              : Ada ya? Tulisannya kayu tangi ujung?
Novi                : Tidak ada, maksudnya jalan kayu tangi ujung.
Dosen              : Kira-kira berapa menit dari rumah kamu ke sultan adam?
Novi                : Lima belas menit pak.
Dosen              : Jadi, mulai hari minggu sampai sekarang belum bertemu?
Novi                : Belum.
Dosen              : Dia kuliah di mana?
Novi                : Di POLTEK.
Dosen              : Ada nomor ponselnya?
Novi                : Tidak ada pak.
Dosen              : Masa teman tidak punya nomor ponselnya? Bagaimana?
Novi                : Dari BBM saja, Pak.
Dosen              : Ada pinnya? (Suasana hening) berarti itu tidak bisa di bawa ke pengadilan itu ditolak mentah-mentah oleh hakim. Asal kalian tahu makanya jangan melakukan kejahatan. Nah, dalam perkuliahan ini harus mempunyai teman, kalau mempunyai musuh susah berurusan berapa hari dia pinjam bahkan mungkin sampai hilang. Saya pikir tadi pulkam dia. Nah, saya sarankan simpan data di surel, kalau mau mencetak bisa langsung di tempat. Mau memperbaiki juga tidak masalah. Apa itu surel?
Akhmat Yasir : Surat elektronik, Pak.

d.      Mengelola Interaksi Belajar Mengajar
Dosen telah melakukan interaksi belajar mengajar dengan baik dengan mahasiswanya. Hal tersebut digambarkan pada kutipan berikut ini.
Dosen              : Siapa namanya?
Bahjatul           : Ulun pak, Bahjatul.
Dosen              : Alasannya?
Bahjatul           : Data ulun hilang, Pak.
Dosen              : Ada di toko banyak yang jual.
Bahjatul           : Datanya itu di dalam flashdisk.
Dosen              : Data aslinya di mana?
Bahjatul           : Di laptop.
Dosen              : Laptopnya mana?
Bahjatul           : Rusak, Pak. Di tempat servis belum selesai diperbaiki.
Dosen              : Dua sudah, siapa lagi?
(Salah satu mahasiswa mengacungkan tangan)
Dosen              : Kamu? Apa alasannya?
Lisa                  : Belum saya perbaiki.
Dosen              : Memangnya rusak? Kalau diperbaiki artinya?
Mahasiswa       : Rusak (menjawab serentak).
Lisa                  : Masih belum dibenarkan.
Dosen             : Ayo belum di? Di revisi, dibetulkan. Apa bedanya dibetulkan dengan dibenarkan?

e.       Mengenal Fungsi dan Program Bimbingan dan Penyuluhan
Dosen dalam melakukan interaksi belajar mengajar dikelas tidak hanya melakukan pengajaran, tetapi juga memberikan bimbingan kepada mahasiswa. Hal ini menggambarkan bahwa dosen tersebut mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan. Hal tersebut digambarkan pada kutipan berikut ini.
Jirin                  : Kapan Bapak menentukan layak atau tidaknya usulan kami itu?
Dosen              : Dari awal saya sudah mengatakan untuk serius. Ini saja masih belum layak untuk diseminarkan. Kalau sudah memenuhi syarat baru seminar. Minggu depan berarti ya! Harus kerja keras! Dan saya akan menyeleksi, yang tidak bisa terpaksa tahun depan. Yang belum mengumpul minggu depan dicek berapa jumlahnya yang ada di dalam plastik itu? (Menunjukkan bungkusan plastik). Sudah waktunya salat.  Bagi laki-laki segera ke mesjid dan perempuan bagi yang bisa silakan salat. Saya akhiri wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh

f.     Memahami Prinsip-Prinsip dan Menafsirkan Hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan Pengajaran
Interaksi yang terjadi dapat memancing baik mahasiswa maupun dosen untuk terus dapat menjawab pertanyaan yang ada. Dengan demikian, akan menambah wawasan bagi dosen dalam upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang dinamis. Hal ini menggambarkan dosen tersebut telah memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Hal tersebut tergambar pada kutipan berikut ini.
Novinda             : Bapak, bapak.
Dosen                : Apa?
Novinda             : Saya mau bertanya. Yang lambang kebanggan kebahasaan tadi, kalau, eee, sepenangkapan saya, maksud bapa itu dihilangkan bagian ininya.
Dosen                : Dihilangkan? Saya tidak bisa menghilangkan, tapi kalu menyulap bisa. Paham? Jadi dihapus atau ayo diapakan? Apa?
Mahasiswa         : Diganti.
Dosen                : Diganti, ya bisa kalau ada penggantinya? Apa?
Mahasiswa         : Dihilangkan.
Dosen                : Halaman berapa tadi?
Novinda             : Halaman enam.
Dosen                : Enam, ya? Yang pertama saya tegur tadi karena? Apa? awal alinea kan?
Novinda             : Ya.
Dosen                : Yang kamu tanyakan?
Novinda             : Yang tadi itu, Pak. Satu lambang kebanggan kebahasaan.
Dosen                : Ni perinciannya menggunakan angka, kembali ke bos, tahu bos? Bosnya apa? Ini kan anak buah ni.
Novinda             : Bosnya, A pak.
Dosen                : Hah?
Novinda             : Bosnya, A.
Dosen                : Bosnya apa dari saya?
Novin                 : Ooh, ada tutup kurungnya.
Dosen                : Apa kurung-kurung? ini bosnya ne A.
Novinda             : Ya.
Dosen                : Bosnya lagi angka. Nah, kamu ke angka ini kajian pustaka ya! Ini akan dimarahi bos sama pangkat.
Novinda             : Ooh, iya pak. paham, paham, paham.

4.    Penutup
A.  Simpulan
Dari hasil pengamatan kami, dapat disimpulkan kompetensi yang dimiliki dosen dalam pengelolaan interaksi belajar mengajar sudah bagus karena dosen tersebut telah memenuhi enam dari sepuluh kompetensi seorang dosen. Enam kompetensi yang dicapai dosen tersebut antara lain, menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, mengelola interaksi belajar mengajar, mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.

B.  Saran
Kami menyarankan untuk para calon pendidik agar mampu memiliki kompetensi yang sudah ditetapkan untuk terciptanya suatu interaksi belajar mengajar yang baik dan benar. Untuk peneliti selanjutnya, yang tertarik untuk meneliti mengenai kompetensi dari seorang pengajar ini dapat menjadi contoh dalam meneliti kompetensi seorang dosen. Penelitian ini bukan hanya bermanfaat untuk pembaca, tetapi juga bermanfaat bagi kita semua.



Daftar Pustaka
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.


Lampiran             









Tidak ada komentar:

Posting Komentar