Jumat, 12 Juni 2015

MENGIDENTIFIKASI JENIS - JENIS WACANA

 
MENGIDENTIFIKASI
                                    JENIS - JENIS WACANA      


KELOMPOK 1

Noor Janah           : A1B112006
Rahmatullah          : A1B110020
Yeni Wirnawati    : A1B112040


DOSEN
Prof. Dr. Jumadi, M.Pd.




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
                                                                 2015





KATA PENGANTAR

            Penulis memanjatkan puji syukur kehadiat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada  dosen pembimbing yaitu Prof. Dr. Jumadi, M.Pd. yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mengidentifikasi Jenis-Jenis Wacana.” Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
                                                                                                        




Banjarmasin,  Februari 2015
                 


                                Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................... 
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 
A.    Latar Belakang Masalah........................................................................................ 
B.     Rumusan Masalah.................................................................................................. 
C.     Tujuan Penulisan.................................................................................................... 
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 
A.      Memahami jenis wacana berdasarkan saluran komunikasi.................................... 
B.       Memahami jenis wacana berdasarkan perserta komunikasi................................... 
C.       Memahami wacana berdasarkan bentuk................................................................ 
D.      Memahami wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunan, isi, dan sifatnya.... 
E.       Memahami jenis wacana berdasarkan tujuan komunikasi...................................... 
F.        Memahami wujud dari bentuk wacana dalam beragam buah karya.................... 
BAB III PENUTUP............................................................................................................ 
A.      Simpulan.............................................................................................................. 
B.       Saran.................................................................................................................... 
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................






BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kita dituntut untuk bisa menjalani keseharian dengan cepat, tepat, dan sosialis. Tentunya semua itu membutuhkan komunikasi secara lisan maupun tertulis, sekaligus menunjukkan kalau manusia itu merupakan makhluk sosial. Makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain. Jadi, komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dalam berkomunikasi tentunya dibutuhkan banyak aspek untuk bisa menciptakan suatu sistem atau tataran komunikasi yang baik. Agar pesan yang akan disampaikan bisa diterima dengan jelas dan baik oleh lawan bicara atau pembaca. Hal tersebut diantaranya adalah  bahasa lisan maupun tulisan. Di dalam bahasa ada banyak aspek lagi yang perlu kita pahami agar komunikasi  bisa tersampaikan sesuai harapan. Media untuk menyampaikan  pesan dalam berbahasa ada beberapa jenis, salah satunya adalah wacana.
Penyampaian pesan wacana harus tahu tata cara pembuatannya. Wacana merupakan media penyampaian pesan yang memiliki aturan dan jenis-jenisnya karena sebagai gologan karya ilmiah.
Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan mencoba menjelaskan mengenai jenis-jenis wacana dengan berbagai macam aspek. Baik itu wacana Berdasarkan bentuk, pemaparan, isi dan sifatnya serta berdasarkan saluran komunikasinya.

B.       Rumusan Masalah
1.    Sebutkan jenis wacana berdasarkan saluran komunikasi!
2.    Sebutkan jenis wacana berdasarkan perserta komunikasi!
3.    Sebutkan macam-macam wacana berdasarkan bentuk!
4.    Sebutkan macam-macam wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunan, isi, dan sifatnya!
5.    Sebutkan jenis wacana berdasarkan tujuan komunikasi!
6.    Sebutkan wujud dari bentuk wacana dalam beragam buah karya!

C.    Tujuan Penulisan
1.    Memahami jenis wacana berdasarkan saluran komunikasi.
2.    Memahami jenis wacana berdasarkan perserta komunikasi.
3.    Memahami wacana berdasarkan bentuk.
4.    Memahami wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunan, isi, dan sifatnya.
5.    Memahami jenis wacana berdasarkan tujuan komunikasi.
6.    Memahami wujud dari bentuk wacana dalam beragam buah karya.



 

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Jenis Wacana Berdasarkan Saluran Komunikasi
Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, dibedakan menjadi wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis (written discourse) adalah jenis wacana yang disampaikan melalui media tulisan (Mulyana, 2005: 51). Tarigan (1987: 52) berpendapat bahwa wacana tulis merupakan wacana yang disampaikan secara tertulis melalui media tulis. Sedangkan wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal (Mulyana, 2005:52). Jenis wacana ini sering disebut sebagai tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Tarigan (1987: 55), berpendapat bahwa wacana lisan merupakan wacana yang disampaikan secara lisan melalui media lisan.
Wacana tulis dapat kita temukan dalam bentuk buku, berita koran, artikel, makalah dan sebagainya, sedangkan wacana lisan misalnya percakapan khutbah, dan siaran langsung di radio atau TV.
Ciri wacana lisan dan ciri bahasa wacana tulis
1.      Wacana lisan :
a)    Kalimat dalam wacana lisan kurang terstruktur
b)    Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, dan
c)    Sering hanya berupa urutan kata yang berbentuk frasa
d)   Penataan subordinatif wacana lisan lebih banyak dari pada wacana tulis
e)    Jarang menggunakan piranti hubung karena didukung oleh konteksnya
f)     Bahasanya cendrung tidak menggunakan frasa benda yang panjang
g)    Kalimatnya cenderung berstruktur subjek – predikat
h)        Pembicara dapat mengubah struktur atau memperhalus ekspresi yang kurang tepat saat itu juga
i)      Pembicaraan cendrung menggunakan kosa kata sehari-hari
j)      Bahasanya sering diulang bentuk sintaksis yang sama digunakan sejumlah pengisi
2.      Sedangkan wacana tulis :
a)      Kalimat cenderung lengkap dan panjang,
b)      Bahkan terdiri dari beberapa klausa
c)      Penggunaan wacana tulis selalu dipantau dan direvisi oleh penulisnya.
d)     Penataan subordinatif wacana tulis lebih banyak dari pada wacana lisan
e)      Sering menggunakan piranti hubung untuk menunjukan suatu hubungan ide.
f)       Bahasanya menggunakan frasa benda (tetapi, namun, oleh sebab itu)
g)      Kalimatnya menggunakan struktur topik-komen
h)      Tidak dapat mengubah struktur atau memperhalus ekspresi yang kurang tepat saat itu juga seperti wacana lisan
i)        Penulisannya sering menggunakan istilah teknis
j)        Jarang menggunakan pemakaian”pengisi” dan pengulangan bentuk yang sama

B.     Jenis Wacana Berdasarkan Perserta Komunikasi
Ada tiga jenis wacana berdasarkan jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai pembicara, yaitu monolog, dialog dan polilog.
1.      Wacana Monolog
Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang (Mulyana, 2005: 53).
Ucapan terimakasih yang disampaikan ini merupakan contoh wacana monolog yang dituturkan oleh seorang siswa SMP berikut ini.

Yth. Bapak Kepala SMPN 1 Banjarmasin
Yth. Bapak dan Ibu Guru SMPN 1 Banjarmasin
Yth. Bapak dan Ibu Wali Murid
Yth. Rekan-rekan yang saya cintai
Assalamualaikun wr.wb
     Pagi hari yang berbahagia ini, perkenankanlah kami atas wakil nama lulusan mengajak hadirin untuk memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat mengikuti acara perpisahan lulusan SMPN 1 Banjarmasin tahun ajaran 2014/2015.
     Hari ini merupakan hari yang berhagahia bagi kami karena telah menyelesaikan sebagian tugas yang harus kami selesaikan. Dengan acara perpisahan ini berarti kami telah diakui keberhasilan perjuangan dan doa kami selama kurang legih 3 tahun ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang berbahagia ini kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu Guru, Bapak/Ibu Staf Tata Usaha.


2.      Wacana Dialog
Menurut Djajasudarma (2006:13), wacana dialog merupakan wacana yang berupa percakapan atau pembicaraan antara dua pihak terdapat pada konversasi.
Perhatikan contoh dialog di bawah ini.
Contoh dialog, konteks penjual apel dan pembeli sedang melakukan transaksi jual beli di pasar.

Penjual             : apel, apel. Apel, Bu ?
Pembeli : Manalagi!?
Penjual             : Semua manalagi, Bu.
Pembeli : Nggak Campuran?
Penjual – Pembeli : dst.
Merupakan dialog dua orang yang sedang mengadakan transaksi jual beli. Pada dialog itu terdapat pergantian peran pendengar dan pembicara.

3.      Wacana Polilog
Wacana polilog merupakan jenis wacana yang melibatkan partisipan pembicaraan di dalam konversasi yang melibatkan lebih dari dua orang penutur.    
Contoh polilog, konteks masalah gender.
Penyiar
:
Sejak dulu wanita itu selalu dijadikan orang belakang. Orang kelas dua. Kita harus memperjuangkannya.
Wartawan
:
Itu kan sesuai dengan kodradnya
Wanita karier
:
Bukan kodrat itu, tapi dibuat oleh manusia. Seandainya orang laki-laki, maaf ya, tidak egois dan memandang wanita itu rendah, maka para wanita akan lebih percara diri. Cobalah lihat sekarang. Wanita diberi kepercayaan ternyata mampu memimpin negara.
Wartawan
:
Bagaimanapun wanita itu tetap terbatas, baik dari segi fisik maupun mental. Secara emosi, wanita lebih meledak-ledak.
Wanita karier
:
Emosi bukan merupakan ukuran rendahnya status wanita.

Merupakan polilog antara penyiar, wartawan laki-laki dan wanita karier. Mereka mempunyai peran berbeda-beda. Di sini pergantian peran pembicara dan pendengar.
Ditinjau dari segi peran pesertanya, wacana dialog atau polilog merupakan wacana timbal balik. Menurut Cook (1998:55), wacana timbal balik merupakan satu jenis wacana yang dihasilkan oleh orang-orang yang berinteraksi timbal balik.
Dialog atau polilog merupakan suatu peristiwa tutur yang berbeda dengan peristiwa tutur yang lain, itu terjadi apabila terdapat unsur-unsur pokok (a) pembicara dan penerima, (b) topik, dan (c) alih tutur.
            Prinsip – prinsip Dialog atau Polilog
Terjadinya dialog atau polilog bukan hanya sekedar pertukaran informasi. Menafsirkan dan memahami merupakan contoh tugas peserta dialog atau epilog dalam mengembangkan dialog atau polilog.
Keenan dan Scehieffelin (1983:79-80) mengidentifikasi tugas-tugas para peserta dialog atau polilog dalam percakapan yaitu.
1.        Memperhatikan ujaran pembicara.
2.        Memahami ujaran pembicara.
3.        Mengidentifikasi objek, individu, peristiwa dan lain-lain.
4.        Mengidentifikasi hubungan semantik antaran referensi dan topik.
Selanjutnya tugas pembicara yaitu.
1.        Pembicara harus mengucapkan ujaran dengan jelas.
2.        Pembicara harus menjaga perhatian pendengar tetap tinggi.
3.        Pembicara harus menyediakan informasi yang memadai bagi pendengar untuk mengidentifikasi objek dan hal-hal lain sebagai bagian dari topik.
4.        Pembicara haarus menyediakan informasi yang menadai bagi pendengar untuk merekomendasikan hubungan semantis antara referensi dalam topik.
Untuk mengembangkan dialog atau polilog dengan baik ada suatu panduan yang perlu diperhatikan. Prinsip kerjasama yang dikemukakan Richard dan Schmidt yaitu.
1.        Prinsip kuantitas (mengatakan sesuai yang diperlukan)
2.        Prinsip kualitas (mengatakan yang benar dan betul saja)
3.        Prinsip relasi (hanya mengatakan sesuatu yang sesuai dan berhubungan dengan yang dibicarakan)
4.        Prinsip cara (pengatakan dengan jelas, sederhana, ringkas, runtut dan tak mendua arti)

C.    Wacana Berdasarkan Bentuk
1.      Wacana Naratif
Wacana naratif adalah wacana yang menceritakan suatu atau beberapa peristiwa/ kejadian, seperti roman, novel, memoar, cerita dalam buku suci yang mengandung ajaran, dongeng, biografi, dan autobiografi.
Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informasi atau meberikan wawasan dan meperluas pengetahuan pembaca, dan (2) hendak memberikan pengalaman elastis kepada pembaca. Tujuan pertama menghasilkan jenis narasi informasional atau narasi ekspositoris dan tujuan kedua menghasilkan jenis narasi artistik atau narasi sugestif.
2.      Wacana Deskriptif
Wacana deskriptif adalah wacana yang menggambarkan sebuah tempat atau seseorang. Dengan demikian, dalam menulis deskripsi yang baik dituntut tiga hal, yaitu:
a.       Kesanggupan berbahasa kita yang memiliki kekayaan nuansa dalam bentuk.
b.      Kecermatan pengamatan dan keluasan pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud objekyang dideskripsikan.
c.       Kemampuan kita memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan deskripsi
3.      Wacana Ekspositoris
Wacana ekspositoris adalah wacana yang bertujuan untuk menganalisis sebuah fenomena atau sebuah gagasan agar dipahami oleh pembaca dengan memberikan penjelasan dan penegasan. dalam dunia pendidikan, wacana ini bertujuan untuk mengingat apa yang sudah diterangkan dan untuk mentransfer pengetahuan. Dalam wacana ini masalah yang dikomunikasikan terutama dalah informasi.informasi dapat berupa:
a.       Data faktual
b.      Suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta
c.       Mungkin sekali berupa fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus.
4.      Wacana Persuasif
Wacana persuasif ialah wacana yang ditujukan  untuk menunjukkan, membuktikan, dan meyakinkan pembaca. Untuk dapat menyusun wacana ini secara efektif diperlukan kemampuan menciptakan persuasi, yaitu kemampuan memanfaatkan alat-alat persuasiyang berupa:
a.       Bahasa
b.      Nada
c.       Detail
d.      Pengaturan
e.       Kewenangan
5.      Wacana Argumentatif
Wacana argumentatif yaitu wacana yang bertujuan untuk mempertahankan tesis dengan memberikan argumen dan contoh dengan kata lain menggunakan argumentasi. Wacana argumentasi dikembangkan dengan dua teknik yaitu teknik indukatif dan teknik deduktif.

D.    Wacana Berdasarkan Pemaparan dan Penyusunan, Isi, dan Sifatnya
1.      Wacana Naratif
Wacana ini merupakan tuturan yang menceritakan atau menyampaikan suatu hal atau suatu kejadian dengan menonjolkan tokoh pelaku, maksudnya untuk memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita, atau diatur melalui plot.
2.      Wacana Prosedural
Wacana ini merupakan rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan yang tidak boleh dibolak-balik unsurnya, karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan unsure berikutnya. Wacana ini biasanya disusun untuk menjawab pertanyaan bagaimana sesuatu bekerja atau terjadi, atau bagaimana cara mengerjakan sesuatu. Tokohnya boleh orang dan yang dilukiskannya tidak terikat dengan urutan waktu.
3.      Wacana Hortatorik
Wacana ini merupakan rangkaian urutan yang isinya bersifat ajakan atau nasihat. Kadang-kadang tuturan ini bersifat memperkuat keputusan atau agar lebih meyakinkan. Yang menjadi tokoh penting dalam wacana jenis ini adalah orang kedua. Wacana ini tidak dapat disusun berdasarkan urutan waktu, tetapi merupakan hasil atau produksi suatu waktu.
4.      Wacana Ekspositorik
Wacana ini merupakan rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok pikiran itu lebih dijelaskannya lagi dengan cara menyampaikan uraian bagian-bagian atau detilnya. Tujuan pokok yang ingin dicapai pada wacana ini adalah tercapainya pemahaman akan sesuatu supaya lebih jelas, mendalam, dan luas daripada sekedar pertanyaan yang bersifat global atau umum. Kadang-kadang wacana itu dapat berbentuk ilustrasi dengan contoh, berbentuk perbandingan, berbentuk uraian kronologis, dan dengan penentuan ciri-ciri (identifikasi). Orientasi pokok wacana ini lebih pada materi, bukan pada tokohnya.
5.      Wacana Deskriptif
Wacana ini merupakan rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh wacana ini adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap sesuatu, sehingga pendengar atau pembaca merasakan seolah-olah ia sendiri mengalami atau mengetahuinya secara langsung. Uraian pada wacana deskriptif ini ada yang memaparkan sesuatu secara objektif dan ada juga yang memaparkannya secara imajinatif. Pemaparan yang pertama bersifat menginformasikan sebagaimana apa adanya, sedangkan yang kedua dengan menambahkan daya khayal. Oleh karena itu, yang kedua itu banyak dijumpai dalam karya sastra, seperti novel dan cerpen.

E.     Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan Komunikasi
Berdasarkan tujuan berkomunikasi, wacana dibedakan menjadi wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi.
1.      Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi merupakan wacana yang ditunjukan kepada penerimaan pesan agar dapat membentuk suatu citra tentang suatu hal. Ciri khas wacana ini ditandai dengan penggunaann kata-kata atau ungkapan yang bersifat deskriptip. Contoh wacana deskripsi:
Dari balik tirai hujan sore hari pohon-pohon kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah; segar, penuh gairah, dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai dan jauh dibelahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona. Ketika angin tiba-tiba bertiuplebih kencang pelepah-pelepah itu serempak terjulur sejajar satu arah, seperti tangan-tangan penari yang mengikuti irama hujan, seperti gadis-gadis tanggung berbanjar dan bergurau di bawah curah pencuran.
Wacana deskripsi ini banyak digunakan dalam katalog penjualan dan juga data-data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana deksripsi umunya kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif. Wacana ini cenderung tidak mempunyai penanda pergeseran waktu seperti dalam wacana narasi.
2.        Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Berisi konsep-konsep  dan logika yang harus diikuti oleh penerima. Contoh:
Peningkatan kadar kesamaan air hujan disebabkan oleh sisa pembakaran di udara. Bahkan bakar fosil (misalnya minyak bumi, gas alam, batu bara) bila dibakar akan menghasilkan sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) sebagai penyebab utama kesamaan itu. Penghasil SO2 dan NOx terbesar adalah pembangkit listrik dan industry yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakar. SO2 dan NOx itu juga dilepaskan oleh kendaran di jalan. Zat-zat yang berat akan jatuh ke bumi dan yang ringan mengambang di udara. Jika hujan, zat-zat itu, yang mengambang di udara itu, tersapu bersih oleh hujan yang turun. Makin banyak zat-zat itu makin asam air hujan yang menyapu itu.

Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan kata tanya bagaimana. Oleh karena itu, wacana ini dapat digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur suatu aktivitas. Khusus untuk menerangkan proses dan prosedur kalimat-kalimat yang digunakan dapat berupa kalimat perintah disertai dengan kalimat deklaratif.

3.        Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi salah satu bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar penerima pernyataan yang dipertahankan. Pada dasarnya kekuatan argumen terletak pada kemampuan penutur dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang disebut pernyataan, alasan dan pembenaran, sedangkan elemen pelengkapnya adalah pendukung, modal dan sanggahan. Coba anda perhatikan contoh wacana berikut, contoh pertama mengandung elemen-elemen pokok wacana argumentasi sedangkan contoh kedua mengandung elemen pelengkap.

(a)    (Per) Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan memberikan latihan secara intensif dalam menyusun argument. (Al)  Makalah mahasiswa S1  menunjukan kelemahan penalaran. Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argument-argumen yang rancu. (Pem) Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan menggunakan bahasa secara jelas dan tepat. Berpikir kritis ini nampak apada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran baik.
(b)   (Per) Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan memberikan latihan secara intensif dalam menyusun argument. (Al) Makalah mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argument-argumen yang rancu. (Pem) Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan menggunakan bahasa secara jelas dan tepat. Berpikir kritis ini nampak apada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran baik. (Pen) Penelitian Teopilus membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara kemampuan akademik mahasiswa dalam mata kuliah logika dengan kemampuan akademik mahasiswa dalam mata kuliah mengarang. (Mo) Dengan demikian dapat dipastikan…. (Sa) Kecuali jika faktor-faktor di luar, seperti keterbatasan fisik, kelemahan atau kelambatanberpikir ada pada diri mahasiswa tersebut maka usaha meningkatkan kualitas berpikir kritis tidak akan berhasil.

Keterangan:
Per        : pernyataan
Al         : alasan
Pem      : pembenaran
Mo        : modal
Sa         : sanggahan
Pernyataan adalah suatu yang diyakini kebenaran oleh penutur dan dikemukakan kepada mitra tutur  agar dapat diterima dengan alasan-alasan mendasar yang dapat ditujukan.
Alasan adalah bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk mendukung pernyataan.
Pembenaran adalah pernyataan yang menunjukan kaidah-kaidah umum untuk mempertahankan pernyataan. Pembenaran berfungsi sebagai penjelas keandalan tanggapan dari alasan ke pernyataan.
Dukungan adalah kriteria yang digunakan untuk membenarkan pernyataan yang dikemukakan dalam pembenaran.
Modal adalah kata yang menunjukan derajat kepastian atau kualitas suatu penyataan. Setiap argumen selalu memiliki modal yang menunjukan kualitas suatu pernyataan.
Sanggahan/penolakan adalahh lingkungan atau situasi diluar kebiasaan yang dapat mengurangi atau menguatkan pernyataan.

4.    Wacana Persuasi
Wacana persuasi merupakan wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan tidakan sesuai yang diharapkan penuturnya.  Contohnya wacana iklan yang bertujuan mengubah perasaan, sikap dan citra pikan konsumen atau calon konsumen dalam jangka waktu yang panjang terhadap barang atau jasa yang di iklankan. Contoh wacana iklan radio berikut:
                         
Lelaki         : Gratis! Bu, ada yang gratisan lagi! Rinso satu kilo sekarang berhadiah, hadiahnya itu….
Wanita      : O, apa sih ? (dengan penuh rasa ingin tahu)
Lelaki         :He, betul kan…. nggak sabar kan! hadiahnya itu satu sabun Livebuoy seratus gram seharga tigaratus rupiah. Siip kan Bu? jadi ingat, setiap beli Rinso satu kilo gram bertanda khusus, jangan lupa minta hadiahnya satu sabun Livebuoy! Oke, cepet lho, sebelum habis!

Bentuk bahasa yang digunakan untuk mengubah perilaku konsumen, antara lain berupa ungkapan “Cepet sebelum habis!”, “Persediaan terbatas!”, “Dapatkan segera”.
5.    Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan suatu jenis wacana yang berisi cerita. Dalam wacana narasi harus ada unsur waktu , bahkan unsur pergeseran waktu itu sangat penting. contoh wacana narasi dapat anda temukan seperti berikut.

sebulan sejak kedatangan pasukan tentara tak terdengar peristiwa perampokan di wilayah Dawuan. Meskipun tentara tetap siaga dan berpatroli di malam hari, tetapi setidaknya aku merasakan suasana yang tenang di antara mereka. Hubunganku dengan Sersan Selamet lebih dapat dikatakan sebagai hubungan pribadi dari pada sebagai hubungan antara seorang tobang dan seorang sersan. Dia banyak bertanya tentang diriku, asal-usulku bahkan sekolahku. Dia mengajariku menulis dan membaca setelah mengetahui aku tak pernah bersekolah. Berbagai kisah diceritakan padaku. Tetapi yang kusenangi adalah kissah seorang tentara pelajar yang karena keberaniannya dapat membunuh tiga serdadu musuh dalam suatu pertempuran.

Contoh wacana narasi di atas, mengandung unsur waktu, tokoh, dan peristiwa. Unsur-unsur ini penting dalam pembentukan cerita.

F.      Wujud Dari Bentuk Wacana dalam Beragam Buah Karya
1.    Text (wacana dalam wujud tulisan/ grafis) antara lain berupa berita, features, artikel, opini, cerpen, novel;
2.    Talk (wacana dalam wujud ucapan) antara lain berupa rekaman wawancara, obrolan, pidato;
3.    Act (wacana dalam bentuk tindakan) antara lain berupa lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi;
4.    Artefact (wacana dalam wujud peninggalan) antara lain berupa bangunan, lanskap, fashion, puing.





 


BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi wacana tertulis dan wacana lisan. Adapun jenis wacana berdasarkan peserta komunikasinya terbagi menjadi dialog, monolog, dan polilog. Sedangkan wacana tersebut dapat terbagi lagi berdasarkan wujud dan tujuan komunikasinya, yaitu wacana deskriftip, wacana naratif, wacana persuasi, wacana narasi, dan wacana argumentasi.
B.     Saran
Dari pembahasan mengenai jenis-jenis wacana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, kami menyarankan kepada para pembaca agar lebih teliti dalam mengenali berbagai jenis wacana. Dari makalah ini kami mengharapkan agar para pembaca tidak lagi salah dalam mengenali wacana beserta jenis-jenisnya.

DAFTAR PUSTAKA 
Darma, Yoce Aliah. 2014. Analisis Wacana Kritis. Bandung: PT Refika Aditama. 
Rani, Abdul dan Arifin Bustanul. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: 
                           Departemen  Pendidikan Nasional.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar