MENGIDENTIFIKASI
JENIS
- JENIS WACANA
KELOMPOK 1
Noor Janah : A1B112006
Rahmatullah : A1B110020
Yeni Wirnawati : A1B112040
DOSEN
Prof. Dr. Jumadi, M.Pd.
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN
BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2015
KATA
PENGANTAR
Penulis
memanjatkan puji syukur kehadiat
Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang
hingga akhir zaman.
Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yaitu Prof. Dr. Jumadi, M.Pd. yang
telah memberikan ilmu dan bimbingannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Mengidentifikasi Jenis-Jenis
Wacana.” Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat bagi
semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
Banjarmasin, Februari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................
A.
Latar Belakang
Masalah........................................................................................
B.
Rumusan Masalah..................................................................................................
C.
Tujuan Penulisan....................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................................................
A. Memahami
jenis wacana berdasarkan saluran komunikasi....................................
B. Memahami
jenis wacana berdasarkan perserta komunikasi...................................
C. Memahami
wacana berdasarkan bentuk................................................................
D. Memahami
wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunan, isi, dan sifatnya....
E. Memahami
jenis wacana berdasarkan tujuan komunikasi......................................
F.
Memahami wujud dari
bentuk wacana dalam beragam buah karya....................
BAB III
PENUTUP............................................................................................................
A.
Simpulan..............................................................................................................
B.
Saran....................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang
ini, kita dituntut untuk bisa menjalani keseharian dengan cepat, tepat, dan
sosialis. Tentunya semua itu membutuhkan komunikasi secara lisan maupun
tertulis, sekaligus menunjukkan kalau manusia itu merupakan makhluk sosial.
Makhluk yang saling membutuhkan satu sama lain. Jadi, komunikasi sangat penting
dalam kehidupan manusia.
Dalam berkomunikasi tentunya
dibutuhkan banyak aspek untuk bisa menciptakan suatu sistem atau tataran
komunikasi yang baik. Agar pesan yang akan disampaikan bisa diterima dengan
jelas dan baik oleh lawan bicara atau pembaca. Hal tersebut diantaranya adalah
bahasa lisan maupun tulisan. Di dalam bahasa ada banyak aspek lagi yang
perlu kita pahami agar komunikasi bisa tersampaikan sesuai harapan. Media
untuk menyampaikan pesan dalam berbahasa ada beberapa jenis, salah
satunya adalah wacana.
Penyampaian pesan wacana harus tahu
tata cara pembuatannya. Wacana merupakan media penyampaian pesan yang memiliki
aturan dan jenis-jenisnya karena sebagai gologan karya ilmiah.
Oleh karena itu, pada makalah ini
kami akan mencoba menjelaskan mengenai jenis-jenis wacana dengan berbagai macam
aspek. Baik itu wacana Berdasarkan bentuk, pemaparan, isi dan sifatnya serta berdasarkan
saluran komunikasinya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Sebutkan
jenis wacana berdasarkan saluran komunikasi!
2. Sebutkan
jenis wacana berdasarkan perserta komunikasi!
3. Sebutkan
macam-macam wacana berdasarkan bentuk!
4. Sebutkan
macam-macam wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunan, isi, dan sifatnya!
5. Sebutkan
jenis wacana berdasarkan tujuan komunikasi!
6. Sebutkan
wujud dari bentuk wacana dalam beragam buah karya!
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami
jenis wacana berdasarkan saluran komunikasi.
2. Memahami
jenis wacana berdasarkan perserta komunikasi.
3. Memahami
wacana berdasarkan bentuk.
4. Memahami
wacana berdasarkan pemaparan dan penyusunan, isi, dan sifatnya.
5. Memahami
jenis wacana berdasarkan tujuan komunikasi.
6. Memahami
wujud dari bentuk wacana dalam beragam buah karya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis Wacana Berdasarkan Saluran Komunikasi
Berdasarkan saluran yang digunakan dalam
berkomunikasi, dibedakan menjadi wacana tulis dan wacana lisan. Wacana tulis (written discourse)
adalah jenis wacana yang disampaikan melalui media tulisan (Mulyana, 2005: 51).
Tarigan (1987: 52) berpendapat bahwa wacana tulis merupakan
wacana yang disampaikan secara tertulis melalui media tulis. Sedangkan wacana
lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung dalam
bahasa verbal (Mulyana, 2005:52). Jenis wacana ini sering disebut sebagai
tuturan (speech) atau ujaran (utterance). Tarigan (1987: 55), berpendapat bahwa
wacana lisan merupakan wacana yang disampaikan secara lisan melalui media
lisan.
Wacana tulis
dapat kita temukan dalam bentuk buku, berita koran, artikel, makalah dan
sebagainya, sedangkan wacana lisan misalnya percakapan khutbah, dan siaran
langsung di radio atau TV.
Ciri
wacana lisan dan ciri bahasa wacana tulis
1. Wacana
lisan :
a)
Kalimat dalam wacana lisan kurang terstruktur
b)
Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak
lengkap, dan
c)
Sering hanya berupa urutan kata yang berbentuk
frasa
d)
Penataan subordinatif wacana lisan lebih banyak
dari pada wacana tulis
e)
Jarang menggunakan piranti hubung karena
didukung oleh konteksnya
f)
Bahasanya cendrung tidak menggunakan frasa
benda yang panjang
g)
Kalimatnya cenderung berstruktur subjek –
predikat
h)
Pembicara dapat mengubah struktur atau
memperhalus ekspresi yang kurang tepat saat itu juga
i)
Pembicaraan cendrung menggunakan kosa kata
sehari-hari
j)
Bahasanya sering diulang bentuk sintaksis yang
sama digunakan sejumlah pengisi
2. Sedangkan
wacana tulis :
a) Kalimat
cenderung lengkap dan panjang,
b) Bahkan
terdiri dari beberapa klausa
c) Penggunaan
wacana tulis selalu dipantau dan direvisi oleh penulisnya.
d) Penataan
subordinatif wacana tulis lebih banyak dari pada wacana lisan
e) Sering
menggunakan piranti hubung untuk menunjukan suatu hubungan ide.
f) Bahasanya
menggunakan frasa benda (tetapi, namun, oleh sebab itu)
g) Kalimatnya
menggunakan struktur topik-komen
h) Tidak
dapat mengubah struktur atau memperhalus ekspresi yang kurang tepat saat itu
juga seperti wacana lisan
i)
Penulisannya sering menggunakan istilah teknis
j)
Jarang menggunakan pemakaian”pengisi” dan
pengulangan bentuk yang sama
B. Jenis Wacana Berdasarkan Perserta Komunikasi
Ada tiga
jenis wacana berdasarkan jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai
pembicara, yaitu monolog, dialog dan polilog.
1. Wacana
Monolog
Wacana
monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang (Mulyana, 2005:
53).
Ucapan terimakasih yang
disampaikan ini merupakan contoh wacana monolog yang dituturkan oleh seorang
siswa SMP berikut ini.
Yth.
Bapak Kepala SMPN 1 Banjarmasin
Yth.
Bapak dan Ibu Guru SMPN 1 Banjarmasin
Yth.
Bapak dan Ibu Wali Murid
Yth.
Rekan-rekan yang saya cintai
Assalamualaikun
wr.wb
Pagi
hari yang berbahagia ini, perkenankanlah kami atas wakil nama lulusan mengajak
hadirin untuk memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Kuasa,
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat mengikuti
acara perpisahan lulusan SMPN 1 Banjarmasin tahun ajaran 2014/2015.
Hari
ini merupakan hari yang berhagahia bagi kami karena telah menyelesaikan
sebagian tugas yang harus kami selesaikan. Dengan acara perpisahan ini berarti
kami telah diakui keberhasilan perjuangan dan doa kami selama kurang legih 3
tahun ini. Oleh sebab itu, pada kesempatan yang berbahagia ini kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/Ibu Guru, Bapak/Ibu Staf Tata
Usaha.
2. Wacana
Dialog
Menurut
Djajasudarma (2006:13), wacana dialog merupakan wacana yang berupa percakapan
atau pembicaraan antara dua pihak terdapat pada konversasi.
Perhatikan
contoh dialog di bawah ini.
Contoh dialog, konteks
penjual apel dan pembeli sedang melakukan transaksi jual beli di pasar.
Penjual : apel, apel. Apel, Bu ?
Pembeli :
Manalagi!?
Penjual : Semua manalagi, Bu.
Pembeli :
Nggak Campuran?
Penjual
– Pembeli : dst.
Merupakan
dialog dua orang yang sedang mengadakan transaksi jual beli. Pada dialog itu
terdapat pergantian peran pendengar dan pembicara.
3. Wacana
Polilog
Wacana
polilog merupakan jenis wacana yang melibatkan partisipan pembicaraan di dalam
konversasi yang melibatkan lebih dari dua orang penutur.
Contoh polilog, konteks masalah gender.
Penyiar
|
:
|
Sejak dulu wanita itu selalu dijadikan orang
belakang. Orang kelas dua. Kita harus memperjuangkannya.
|
Wartawan
|
:
|
Itu kan sesuai dengan kodradnya
|
Wanita karier
|
:
|
Bukan kodrat itu, tapi dibuat oleh manusia.
Seandainya orang laki-laki, maaf ya, tidak egois dan memandang wanita itu
rendah, maka para wanita akan lebih percara diri. Cobalah lihat sekarang.
Wanita diberi kepercayaan ternyata mampu memimpin negara.
|
Wartawan
|
:
|
Bagaimanapun wanita itu tetap terbatas, baik dari
segi fisik maupun mental. Secara emosi, wanita lebih meledak-ledak.
|
Wanita karier
|
:
|
Emosi bukan merupakan ukuran rendahnya status
wanita.
|
Merupakan polilog antara penyiar, wartawan laki-laki dan wanita
karier. Mereka mempunyai peran berbeda-beda. Di sini pergantian peran pembicara
dan pendengar.
Ditinjau dari segi peran pesertanya, wacana dialog atau polilog
merupakan wacana timbal balik. Menurut Cook (1998:55), wacana timbal balik
merupakan satu jenis wacana yang dihasilkan oleh orang-orang yang berinteraksi
timbal balik.
Dialog atau polilog merupakan suatu peristiwa tutur yang berbeda
dengan peristiwa tutur yang lain, itu terjadi apabila terdapat unsur-unsur
pokok (a) pembicara dan penerima, (b) topik, dan (c) alih tutur.
Prinsip – prinsip Dialog atau
Polilog
Terjadinya dialog atau polilog bukan hanya sekedar pertukaran
informasi. Menafsirkan dan memahami merupakan contoh tugas peserta dialog atau
epilog dalam mengembangkan dialog atau polilog.
Keenan dan Scehieffelin (1983:79-80) mengidentifikasi tugas-tugas
para peserta dialog atau polilog dalam percakapan yaitu.
1.
Memperhatikan ujaran pembicara.
2.
Memahami ujaran pembicara.
3.
Mengidentifikasi objek, individu, peristiwa dan
lain-lain.
4.
Mengidentifikasi hubungan semantik antaran
referensi dan topik.
Selanjutnya
tugas pembicara yaitu.
1.
Pembicara harus mengucapkan ujaran dengan
jelas.
2.
Pembicara harus menjaga perhatian pendengar
tetap tinggi.
3.
Pembicara harus menyediakan informasi yang
memadai bagi pendengar untuk mengidentifikasi objek dan hal-hal lain sebagai
bagian dari topik.
4.
Pembicara haarus menyediakan informasi yang
menadai bagi pendengar untuk merekomendasikan hubungan semantis antara
referensi dalam topik.
Untuk mengembangkan dialog atau polilog dengan baik ada suatu panduan
yang perlu diperhatikan. Prinsip kerjasama yang dikemukakan Richard dan Schmidt
yaitu.
1.
Prinsip kuantitas (mengatakan sesuai yang
diperlukan)
2.
Prinsip kualitas (mengatakan yang benar dan
betul saja)
3.
Prinsip relasi (hanya mengatakan sesuatu yang
sesuai dan berhubungan dengan yang dibicarakan)
4.
Prinsip cara (pengatakan dengan jelas,
sederhana, ringkas, runtut
dan tak mendua arti)
C. Wacana Berdasarkan Bentuk
1. Wacana
Naratif
Wacana naratif adalah wacana
yang menceritakan suatu atau beberapa peristiwa/ kejadian, seperti roman,
novel, memoar, cerita dalam buku suci yang mengandung ajaran, dongeng,
biografi, dan autobiografi.
Tujuan menulis narasi secara
fundamental ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informasi atau meberikan
wawasan dan meperluas pengetahuan pembaca, dan (2) hendak memberikan pengalaman
elastis kepada pembaca. Tujuan pertama menghasilkan jenis narasi informasional
atau narasi ekspositoris dan tujuan kedua menghasilkan jenis narasi artistik
atau narasi sugestif.
2. Wacana
Deskriptif
Wacana deskriptif adalah
wacana yang menggambarkan sebuah tempat atau seseorang. Dengan demikian, dalam
menulis deskripsi yang baik dituntut tiga hal, yaitu:
a. Kesanggupan
berbahasa kita yang memiliki kekayaan nuansa dalam bentuk.
b. Kecermatan
pengamatan dan keluasan pengetahuan kita tentang sifat, ciri, dan wujud
objekyang dideskripsikan.
c. Kemampuan
kita memilih detail khusus yang dapat menunjang ketepatan dan keterhidupan
deskripsi
3. Wacana
Ekspositoris
Wacana ekspositoris adalah
wacana yang bertujuan untuk menganalisis sebuah fenomena atau sebuah gagasan
agar dipahami oleh pembaca dengan memberikan penjelasan dan penegasan. dalam
dunia pendidikan, wacana ini bertujuan untuk mengingat apa yang sudah
diterangkan dan untuk mentransfer pengetahuan. Dalam wacana ini masalah yang dikomunikasikan
terutama dalah informasi.informasi dapat berupa:
a. Data
faktual
b. Suatu
analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta
c. Mungkin
sekali berupa fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian
yang khusus.
4. Wacana
Persuasif
Wacana persuasif ialah wacana
yang ditujukan untuk menunjukkan,
membuktikan, dan meyakinkan pembaca. Untuk dapat menyusun wacana ini secara
efektif diperlukan kemampuan menciptakan persuasi, yaitu kemampuan memanfaatkan
alat-alat persuasiyang berupa:
a. Bahasa
b. Nada
c. Detail
d. Pengaturan
e. Kewenangan
5. Wacana Argumentatif
Wacana argumentatif yaitu
wacana yang bertujuan untuk mempertahankan tesis dengan memberikan argumen dan
contoh dengan kata lain menggunakan argumentasi. Wacana argumentasi dikembangkan
dengan dua teknik yaitu teknik indukatif dan teknik deduktif.
D. Wacana Berdasarkan Pemaparan dan Penyusunan,
Isi, dan Sifatnya
1. Wacana
Naratif
Wacana ini merupakan tuturan
yang menceritakan atau menyampaikan suatu hal atau suatu kejadian dengan menonjolkan
tokoh pelaku, maksudnya untuk memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca.
Kekuatan wacana ini terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara
bercerita, atau diatur melalui plot.
2. Wacana
Prosedural
Wacana ini merupakan
rangkaian tuturan yang melukiskan sesuatu secara berurutan yang tidak boleh
dibolak-balik unsurnya, karena urgensi unsur yang lebih dahulu menjadi landasan
unsure berikutnya. Wacana ini biasanya disusun untuk menjawab pertanyaan
bagaimana sesuatu bekerja atau terjadi, atau bagaimana cara mengerjakan
sesuatu. Tokohnya boleh orang dan yang dilukiskannya tidak terikat dengan
urutan waktu.
3. Wacana
Hortatorik
Wacana ini merupakan
rangkaian urutan yang isinya bersifat ajakan atau nasihat. Kadang-kadang
tuturan ini bersifat memperkuat keputusan atau agar lebih meyakinkan. Yang
menjadi tokoh penting dalam wacana jenis ini adalah orang kedua. Wacana ini
tidak dapat disusun berdasarkan urutan waktu, tetapi merupakan hasil atau
produksi suatu waktu.
4. Wacana
Ekspositorik
Wacana ini merupakan
rangkaian tuturan yang bersifat memaparkan suatu pokok pikiran. Pokok pikiran
itu lebih dijelaskannya lagi dengan cara menyampaikan uraian bagian-bagian atau
detilnya. Tujuan pokok yang ingin dicapai pada wacana ini adalah tercapainya
pemahaman akan sesuatu supaya lebih jelas, mendalam, dan luas daripada sekedar
pertanyaan yang bersifat global atau umum. Kadang-kadang wacana itu dapat
berbentuk ilustrasi dengan contoh, berbentuk perbandingan, berbentuk uraian
kronologis, dan dengan penentuan ciri-ciri (identifikasi). Orientasi pokok
wacana ini lebih pada materi, bukan pada tokohnya.
5. Wacana
Deskriptif
Wacana ini merupakan
rangkaian tuturan yang memaparkan sesuatu atau melukiskan sesuatu, baik
berdasarkan pengalaman maupun pengetahuan penuturnya. Tujuan yang ingin dicapai
oleh wacana ini adalah tercapainya penghayatan yang agak imajinatif terhadap
sesuatu, sehingga pendengar atau pembaca merasakan seolah-olah ia sendiri
mengalami atau mengetahuinya secara langsung. Uraian pada wacana deskriptif ini
ada yang memaparkan sesuatu secara objektif dan ada juga yang memaparkannya
secara imajinatif. Pemaparan yang pertama bersifat menginformasikan sebagaimana
apa adanya, sedangkan yang kedua dengan menambahkan daya khayal. Oleh karena
itu, yang kedua itu banyak dijumpai dalam karya sastra, seperti novel dan
cerpen.
E. Jenis Wacana Berdasarkan Tujuan Komunikasi
Berdasarkan
tujuan berkomunikasi, wacana dibedakan menjadi wacana deskripsi, eksposisi,
argumentasi, persuasi dan narasi.
1. Wacana
Deskripsi
Wacana deskripsi merupakan
wacana yang ditunjukan kepada penerimaan pesan agar dapat membentuk suatu citra
tentang suatu hal. Ciri khas wacana ini ditandai dengan penggunaann kata-kata
atau ungkapan yang bersifat deskriptip. Contoh wacana deskripsi:
Dari balik tirai hujan sore hari pohon-pohon
kelapa di seberang lembah itu seperti perawan mandi basah; segar, penuh gairah,
dan daya hidup. Pelepah-pelepah yang kuyup adalah rambut basah yang tergerai
dan jauh dibelahan punggung. Batang-batang yang ramping dan meliuk-liuk oleh
hembusan angin seperti tubuh semampai yang melenggang tenang dan penuh pesona.
Ketika angin tiba-tiba bertiuplebih kencang pelepah-pelepah itu serempak
terjulur sejajar satu arah, seperti tangan-tangan penari yang mengikuti irama
hujan, seperti gadis-gadis tanggung berbanjar dan bergurau di bawah curah
pencuran.
Wacana deskripsi ini banyak digunakan dalam katalog penjualan dan
juga data-data kepolisian. Kalimat yang digunakan dalam wacana deksripsi umunya
kalimat deklaratif dan kata-kata yang digunakan bersifat objektif. Wacana ini
cenderung tidak mempunyai penanda pergeseran waktu seperti dalam wacana narasi.
2.
Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada
penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Berisi
konsep-konsep dan logika yang harus
diikuti oleh penerima. Contoh:
Peningkatan
kadar kesamaan air hujan disebabkan oleh sisa pembakaran di udara. Bahkan bakar
fosil (misalnya minyak bumi, gas alam, batu bara) bila dibakar akan
menghasilkan sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx)
sebagai penyebab utama kesamaan itu. Penghasil SO2 dan NOx terbesar
adalah pembangkit listrik dan industry yang menggunakan batu bara sebagai bahan
bakar. SO2 dan NOx itu juga dilepaskan oleh kendaran di
jalan. Zat-zat yang berat akan jatuh ke bumi dan yang ringan mengambang di
udara. Jika hujan, zat-zat itu, yang mengambang di udara itu, tersapu bersih
oleh hujan yang turun. Makin banyak zat-zat itu makin asam air hujan yang
menyapu itu.
Wacana eksposisi menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan kata tanya bagaimana. Oleh karena itu, wacana ini dapat
digunakan untuk menerangkan proses atau prosedur suatu aktivitas. Khusus untuk
menerangkan proses dan prosedur kalimat-kalimat yang digunakan dapat berupa
kalimat perintah disertai dengan kalimat deklaratif.
3.
Wacana Argumentasi
Wacana argumentasi salah satu
bentuk wacana yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar penerima
pernyataan yang dipertahankan. Pada dasarnya kekuatan argumen terletak pada
kemampuan penutur dalam mengemukakan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang disebut
pernyataan, alasan dan pembenaran, sedangkan elemen pelengkapnya adalah
pendukung, modal dan sanggahan. Coba anda perhatikan contoh wacana berikut,
contoh pertama mengandung elemen-elemen pokok wacana argumentasi sedangkan
contoh kedua mengandung elemen pelengkap.
(a)
(Per)
Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan
memberikan latihan secara intensif dalam menyusun argument. (Al) Makalah mahasiswa S1 menunjukan kelemahan penalaran.
Makalah-makalah mahasiswa S1 mengandung argument-argumen yang rancu. (Pem)
Berpikir kritis ditandai oleh kemampuan menggunakan bahasa secara jelas dan
tepat. Berpikir kritis ini nampak apada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang
ditulis dengan penalaran baik.
(b)
(Per)
Kemampuan berpikir kritis mahasiswa S1 dapat ditingkatkan, antara lain dengan
memberikan latihan secara intensif dalam menyusun argument. (Al) Makalah
mahasiswa S1 menunjukkan kelemahan penalaran. Makalah-makalah mahasiswa S1
mengandung argument-argumen yang rancu. (Pem) Berpikir kritis ditandai oleh
kemampuan menggunakan bahasa secara jelas dan tepat. Berpikir kritis ini nampak
apada skripsi dan makalah mahasiswa S1 yang ditulis dengan penalaran baik.
(Pen) Penelitian Teopilus membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara
kemampuan akademik mahasiswa dalam mata kuliah logika dengan kemampuan akademik
mahasiswa dalam mata kuliah mengarang. (Mo) Dengan demikian dapat dipastikan….
(Sa) Kecuali jika faktor-faktor di luar, seperti keterbatasan fisik, kelemahan
atau kelambatanberpikir ada pada diri mahasiswa tersebut maka usaha
meningkatkan kualitas berpikir kritis tidak akan berhasil.
Keterangan:
Per :
pernyataan
Al :
alasan
Pem :
pembenaran
Mo :
modal
Sa :
sanggahan
Pernyataan adalah suatu yang
diyakini kebenaran oleh penutur dan dikemukakan kepada mitra tutur agar dapat diterima dengan alasan-alasan
mendasar yang dapat ditujukan.
Alasan adalah bukti-bukti
yang bersifat khusus yang diperlukan untuk mendukung pernyataan.
Pembenaran adalah pernyataan
yang menunjukan kaidah-kaidah umum untuk mempertahankan pernyataan. Pembenaran
berfungsi sebagai penjelas keandalan tanggapan dari alasan ke pernyataan.
Dukungan adalah kriteria yang
digunakan untuk membenarkan pernyataan yang dikemukakan dalam pembenaran.
Modal adalah kata yang
menunjukan derajat kepastian atau kualitas suatu penyataan. Setiap argumen
selalu memiliki modal yang menunjukan kualitas suatu pernyataan.
Sanggahan/penolakan adalahh
lingkungan atau situasi diluar kebiasaan yang dapat mengurangi atau menguatkan
pernyataan.
4. Wacana
Persuasi
Wacana persuasi merupakan wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra
tutur untuk melakukan tidakan sesuai yang diharapkan penuturnya. Contohnya wacana iklan yang bertujuan
mengubah perasaan, sikap dan citra pikan konsumen atau calon konsumen dalam
jangka waktu yang panjang terhadap barang atau jasa yang di iklankan. Contoh
wacana iklan radio berikut:
Lelaki :
Gratis! Bu, ada yang gratisan lagi! Rinso satu kilo sekarang berhadiah, hadiahnya
itu….
Wanita :
O, apa sih ? (dengan penuh rasa ingin tahu)
Lelaki :He,
betul kan…. nggak sabar kan! hadiahnya itu satu sabun Livebuoy seratus gram
seharga tigaratus rupiah. Siip kan Bu? jadi ingat, setiap beli Rinso satu kilo
gram bertanda khusus, jangan lupa minta hadiahnya satu sabun Livebuoy! Oke,
cepet lho, sebelum habis!
Bentuk bahasa yang digunakan untuk mengubah perilaku konsumen,
antara lain berupa ungkapan “Cepet sebelum habis!”, “Persediaan terbatas!”,
“Dapatkan segera”.
5. Wacana
Narasi
Wacana narasi merupakan suatu jenis wacana yang berisi cerita.
Dalam wacana narasi harus ada unsur waktu , bahkan unsur pergeseran waktu itu
sangat penting. contoh wacana narasi dapat anda temukan seperti berikut.
sebulan sejak kedatangan pasukan tentara tak
terdengar peristiwa perampokan di wilayah Dawuan. Meskipun tentara tetap siaga
dan berpatroli di malam hari, tetapi setidaknya aku merasakan suasana yang
tenang di antara mereka. Hubunganku dengan Sersan Selamet lebih dapat dikatakan
sebagai hubungan pribadi dari pada sebagai hubungan antara seorang tobang dan
seorang sersan. Dia banyak bertanya tentang diriku, asal-usulku bahkan
sekolahku. Dia mengajariku menulis dan membaca setelah mengetahui aku tak
pernah bersekolah. Berbagai kisah diceritakan padaku. Tetapi yang kusenangi
adalah kissah seorang tentara pelajar yang karena keberaniannya dapat membunuh
tiga serdadu musuh dalam suatu pertempuran.
Contoh wacana narasi di atas, mengandung unsur waktu, tokoh, dan
peristiwa. Unsur-unsur ini penting dalam pembentukan
cerita.
F.
Wujud Dari Bentuk Wacana dalam Beragam Buah
Karya
1.
Text (wacana
dalam wujud tulisan/ grafis) antara lain berupa berita, features, artikel, opini, cerpen, novel;
2.
Talk (wacana
dalam wujud ucapan) antara lain berupa rekaman wawancara, obrolan, pidato;
3.
Act (wacana
dalam bentuk tindakan) antara lain berupa lakon drama, tarian, film, defile,
demonstrasi;
4.
Artefact (wacana dalam wujud peninggalan) antara lain berupa bangunan,
lanskap, fashion, puing.
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan
saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, wacana dapat dibedakan menjadi
wacana tertulis dan wacana lisan. Adapun jenis wacana berdasarkan peserta
komunikasinya terbagi menjadi dialog, monolog, dan polilog. Sedangkan wacana
tersebut dapat terbagi lagi berdasarkan wujud dan tujuan komunikasinya, yaitu
wacana deskriftip, wacana naratif, wacana persuasi, wacana narasi, dan wacana
argumentasi.
B. Saran
Dari pembahasan mengenai jenis-jenis wacana yang
telah dipaparkan pada bab sebelumnya, kami menyarankan kepada para pembaca agar
lebih teliti dalam mengenali berbagai jenis wacana. Dari makalah ini kami
mengharapkan agar para pembaca tidak lagi salah dalam mengenali wacana beserta
jenis-jenisnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Darma, Yoce Aliah. 2014. Analisis Wacana Kritis. Bandung: PT Refika Aditama.
Rani, Abdul dan Arifin Bustanul. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar