PERSIAPAN UAS PRAGMATIK (RINGKASAN
MATERI 1-9)
Pragmatik
adalah kajian terhadap makna penutur (bukan makna alami)
contoh:
Malam lebaran
bulan di atas kuburan
Pragmatik
merupakan kajian tentang bagaimana orang-orang tahu lebih banyak hal yang harus
dikomunikasikan daripada yang dikatakan.
Contoh:
Di
dinding kost tertulis “HEMAT LISTRIK”
Para
penghuni kost akan akan menggunakan listrik sesuai keperluaan atau tidak
berlebihan dan sangat berhati-hati agar tidak boros bayar listrik.
Pragmatik:
kajian tentang ekspresi jarak relative (tidak pasti)
contoh:
kata Bapak/Ibu: tua, padahal belum tentu tua, bisa guru dgn org tua siswa
Perbedaan
Semantik:
tidak terikat konteks-> apa itu konteksnya itulah maknanya.
Pragmatik: memperhatikan konteks
Contoh:
Kursi, dalam semantic artinya tempat duduk sedangkan dalam pragmatic
mengartikan kursi bisa kedudukan (kekuasaan).
Sintaksis:
Penataan kalimat supaya baik. Mengenai struktur SPOK
Persamaan
antara Semantik, Pragmatik n Sintaksis: sama2 mengkaji bahasa.
Deiksis:
suatu acuan atau referen yang tidak tetap karena tergantung pada konteks.
Contoh:
Anita : saya akan ke bandung minggu
depan, kalau kamu?
Ali : kalau saya santai di rumah.
Ali : kalau saya santai di rumah.
Kata
saya di atas sebagai kata ganti dua orang. Kata pertama adalah kata
ganti dari Anita sedangkan kata kedua sebagai kata ganti ali. Dari contoh di
atas, tampak kata saya memiliki referen yang berpindah-pindah sesuai
dengan konteks pembicaraan serta situasi berbahasa.
Deiksis
orang: bentuk2 yang digunakan untuk menunjuk orang, misalnya saya, kamu, dia,
mereka, dan sebagainya.
Contoh:
Bella adalah gadis cantik dari Bali. Dia sangat rajin dan cerdas.
Kata
dia di atas sebagai pengganti Bella.
Deiksis
tempat: bentuk2 yang digunakan untuk menunjuk tempat atau lokasi.
Contoh: Duduklah bersamaku di sini!
Pada
contoh di atas penggunaan frasa di sini menunjuk pada suatu tempat saat tuturan
itu diucapkan, yakni sebuah kursi.
Deiksis waktu: bentuk2 yang digunakan untuk mengungkapkan
waktu,
misalnya kemarin, lusa, dsb.
Contoh:
Kita harus berangkat sekarang.
Kita harus berangkat sekarang.
Pada contoh di atas, kata sekarang
mengacu pada waktu yang sempit, mungkin dalam hitungan menit.
Deiksis sosial: bentuk2 yang digunakan
untuk menjukkan status sosial. Deiksis ini menyebabkan adanya kesopanan
berbahasa. Misalnya, dalam daerah Banjar menggunakan inggih.
Contoh:
Inggih, Ma. (Iya, Bu.)
Kata
inggih pada contoh di atas menunjukkan status sosial. Maksudnya, kata inggih
tersebut menunjukkan kesopanan ketika berbicara kepada orang yang lebih tua.
Deiksis wacana: rujukan pada
bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan.
Anafora ialah penunjukan
kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam wacana dengan
pengulangan.
Katafora ialah penunjukan
ke sesuatu yang disebut kemudian.
contoh:
“Paman datang dari desa
kemarin dengan membawa hasil palawijanya”.
b) “Karena
aromanya yang khas, mangga itu banyak dibeli”.
Dari kedua contoh di atas
dapat kita ketahui bahwa “-nya” pada contoh (a) mengacu ke paman yang sudah
disebut sebelumnya, sedangkan pada contoh (b) mengacu ke mangga yang disebut
kemudian.
Referensi
adalah sumber acuan atau rujukan yang dilengkapi atribut2 tertentu.
Inferensi
adalah simpulan atau yang dapat disimpulkan.
Perbedaanx
dgn deiksis, referen ada kesepakatan2 dari penutur.
Contoh:
a.
Perempuan itu suaranya sangat bagus.
Referensi
b.
Tentu, karena dia ratu dangdut.->
Inferensi
Nama
dan referen
Versi
referensi yang disajikan disini adalah kolaborasi antara niat untk mengidentifikasi
dan pengakuan terhadap niat.
Contoh:
Percakapan antara siswa A dan siswa B. A: “Mana Andrea Hirata yang kemarin kamu
pinjam?” B: “Maaf, sepertinya tertinggal di rumah.” Dari konteks kalimat yang
diciptakan, referen yang dimaksudkan dan inferen yang disimpulkan bukan mengacu
kepada seseorang, tetapi sebuah buku.
ANAFORA:
ACUAN YANG DISEBUTKAN DI ATAS/ DISEBUTKAN SEBELUMNYA (atesedennya berada
setelah acuan)
ex: Zahra adalah gadis cantik dari
Bali. Dia sangat rajin dan cerdas.
(Antesedennya adalah dia, anaforanya
adal Zahra)
KATAFORA:
ACUAN YANG DISEBUTKAN DI BAWAH/ SESUDAHNYA (acuannya didahului anteseden)
Ex:
Karena kecantikan dan akhlaknya yang baik sehingga Mini disukai banyak lelaki.
(Antesedennya adalah nya, acuannya adalah
Mini)
Peran
Ko-teks merupakan bagian dari bagian linguistik dari lingkungan tempat
digunakannya ekspresi pengacu.(bingung??)
Contoh:
seseorang dapat diidentifikasi melalui ungkapan “Sandwich Keju”
A.
Deriz: Sandwich keju duduk dimana?
B.
Ita : Dia duduk disana, dekat jendela.
Pemakaian suatu nama diri secara
referensial untuk mengenali objek apapun yang sedemikian mengajak pendengar
untuk membuat kesimpulan yang diharapkan.
Presuposisi:
asumsi atau dugaan penutur sebelum bertutur terhadap mitra tutur.
contoh:
Nailah, besok kita shopping ke Duta Mall yo! (penutur beranggapan bahwa
Nailah banyak uang)
Tipe
|
contoh
|
presuposisi
|
Faktif
(fakta/nyata)
|
Dia punya mobil 5
|
Pasti orang kaya
|
Non-Faktif
|
Seandainya
dia punya mobil 5
|
Dia
tidak punya mbil 4, mungkin punya 3, 2,1/ mungkin tdk punya.
|
Leksikal
|
Dia berusaha melarikan diri
|
Dia mencoba melarikan diri
|
Struktural
|
Kapan
dia mati?
|
Dia
telah meninggal
|
Kontrafaktual
(berlawanan)
|
Jika Aku sehat
|
Sakit
|
Eksistensial
(keberadaannya bisa diabaikan entailmen)
|
|
|
Entailmen:
Sesuatu yang berkaitan dengan maksud penutur atau mengandung implikasi makna.
Contoh:
Saya belum lapar jam segini
Entaimennya
(tadi pagi penutur sudah makan), implikasinya (kenyang)
Kerja
sama dan implikatur
Prinsip
kerja sama: usaha bersama antar orang perorang atau kelompok manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
Kerja
sama: dimana orang2 yang melakukan percakapan biasanya diasumsikan sedang
berusaha membingungkan , menipu atau menyembunyikan informasi yg relevan satu
dr yang lain.
Maksim:
???
PRINSIP
BISA DILANGGAR, MAKSIM TIDAK BOLEH DILANGGAR
Prinsip
kooperatif menurut Grice
Maksim
kualitas: salah satu maksim dimana penutur harus dapat dipercaya.
Informasi
yang diberikan harus sesuai dengan kenyataan dan tidak boleh menyampaikan
sesuatu yang salah.
Contoh:
Silakan menyontek saja biar nanti lulus semua. (Informasi yg salah)
Maksim
kuantitas: Kalau kita bertutur katakan sesuai yang diperlukan, tidak lebih atau
tidak kurang.
Maksim
relevan: Dalam percakapan diikat oleh topic/ saling berhubungan/ kerja sama.
Contoh:
kapan kamu pulang? (jawabnya, besok, bulan depan, dll)
Maksim
pelaksanaan: para peserta diharapkan berbicara secara langsung.
Pagar:
catatan2 peringatan yang diekspresikan tentang bagaimana sebuah ujaran harus
diambil, misalnya (sejauh aku tahu) digunakan ketika memberikan suatu informasi tertentu.
(Pagar:
kehati-hatian si penutur),
EX:
sejauh yang aku tahu mereka sudah menikah
mungkin aku salah, tetapi aku
kira aku melihat cincin kawin pada jarinya.
Implikatur:
makna tersirat dalam suatu ujaran.
Contoh:
A:
ANi adikmu lapar
B:
Iya Bu, mana lauknya?
(tidak
nyambung, tapi si B mengerti maksudnya)
Implikatur
percakapan: makna tambahan yang tidak dinyatakan dan harus diasumsikan atau
tuturannya tidak langsung.
Contoh:
A: Sekarang pukul berapa?
B: Azan belum berkumandang Pak
(pasti
belum pukul 12.30)
Implikatur
percakapan yang digeneralisasikan: Makna tambahan yang tidak disebutkan dan
tidak tergantung pada pengetahuan khusus atau lokal.
Implikatur
skala: Makna tambahan lawan dari setiap nilai yang lebih tinggi pada sebuah
skala daripada nilai yang diujarkan.
Contoh:
Saya melihat beberapa anak minum-minuman keras. Artnya, Saya
mencipatakan implikatur bahwa apa yg saya katakan tdk berlaku pda semua anak.
Impikatur
percakapan yang dikhususkan: Makna tambahan yang tidak disebutkan dan
tergantung pada pengetahuan khusus atau lokal.
Implikatur
konvensional: Makna tambahan yang tidak dinyatakan yang berkaitan dengan
penggunaan kata khusus. (Makna yang orang paham semua/ ada kesepakatan.)
missal, Orang Kandangan (orang memaknainya jagau), Alabio (pelit)
Tindak
tutur: tindakan yang dilakukan dengan menggunakan ujaran untuk berkomunikasi.
Mengapa
tuturan dianggap tindakan? karena semua tuturan mengandung informasi.
Austin
memperkenalkan tindak tutur:
1.
Lokusi: ujaran punya makna
2.
Ilokusi: ujaran punya maksud dan tujuan
3.
perlokusi: ujaran menimbulkan efek /
dampak
Contoh:
konsul skripsi BAB 1 selesai
dosen: Bab 2 & 3 selesaikan minggu depan (punya makna
/ lokusi)
efeknya mahasiswa stress (perlokusi)
Contoh:
Sore ini tdk akan turun hujan
Lokusinya:
penutur sedang berbicara/ berpendapat
Ilokusinya:
penutur berbicara bisa benar bisa salah
perlokusinya:
mitra tutur pergi tidak membawa payung (jika mempercayai mitra tuturnya)
IFID:
piranti2 yang mengindikasikan adanya daya yang dituturkan
ex:
(peristiwa tutur) : Ada Idwar, Dini, dan ayahnya Dini
Ada penghulu
Penghulu:
Kunikahkan saudara Dini dengan Idwar dengan maskawin besi putih. (yang
dikatakan penghulu tdk ada informasi tetapi ada daya (dayanya Idwar menikahi
Dini) Namun, jika yang berkata ANdika maka tidak ada daya.
Syarat2
kecocokan: syarat2 yang sesuai bagi tindak tutur untuk dikenali sebagaimana
yang dikehendaki.
ex:
Guru: Hari ini kamu remedy
siswa: Hari ini kamu remedy
Kadar
kepercayaan diragukan jika teman yang berkata pd siswa.
Klasifikasi
tindak tutur (Searle)
1.
Deklarasi (tindak tutur yang
menimbulkan perubahan dengan diujarkan) : pernyataan. ex: kamu dipecat.
2.
Representatif (sebuah tindak tutur
dimana penutur menyatakan apa yang diyakini atau diketahui): pandangan penutur.
ex: saya percaya dia akan menang
3.
Ekspresif (tindak tutur dimana penutur
mengekspresikan berbagai perasaan dan sikap): menyatakan perasaan. ex: saya senang
mendengar kamu lulus
4.
Direktif (tindak tutur yang digunakan
utk membuat org lain melakukan sesuatu): perintah. ex: Ani, Sapu halaman sampai
bersih!
5.
Komisif (tindak tutur dimana penutur
melibatkan dirinya utk melakukan tindakan tertentu): berjanji. ex: Besok saya
akan ke rumah kamu.
Tindak
tutur langsung dan tidak langsung
Tindak
tutur langsung: tindak tutur dimana ada hubungan langsung antara struktur dan
fungsi komunikatif sebuah ujaran.
ex:
apakah kamu bisa membantu? (bertanya secara langsung)
Tindak
tutur tidak langsung: tindak tutur dimana ada hubungan tak langsung antara
struktur dan fungsi komunikatif sebuah ujaran.
ex:
Apa kamu bisa membantuku? (penggunaan kata interogatif bukan untk mengajukan
pertanyaan tetapi utk mengajukan permintaan )
peristiwa
tutur: seperangkat keadaan dimana orang2 berinteraksi secara konvensional utk
sampai pada suatu ahsil tertentu.
KONTEKS:
LINGKUNGAN FISIK DIMANA KATA DIGUNAKAN
Kesantunan
dan interaksi
Kesantunan:
menjukkan kesadaran terhadap keinginan muka cintra diri orang lain di depan
umum. (menjunjung tinggi moral, agama, adat)
Kesantunan
positif: menujukkan solidaritas dengan orang lain.
ex:
Bagaimana jika aku meminjam penmu.
kesantunan
negative: kesadaran terhadap hak orang lain untuk tidak dipaksa.
ex:
bolehkah aku pinjam pen?
Keinginan
muka: harapan seseorang bahwa citra dirinya dimuka umum akan dihormati.
Menyelamatkan
muka: menyampaikan sesuatu dengan memperhatikan sesuatu.
Muka
positif: kebutuhan/ keinginan sesorang untuk diterima, bahkan disukai oleh
orang lain karena dipengaruhi lingkungan.
ex:
ketika di di kelas teman mau meminjam pulpen, dia pasti mau meminjamkan karena
dia berada di lingkungan teman2nya. (dia pasti menjaga citra dirinya)
Muka
negative: kebutuhan utk mendapatkan kebebasan bertindak atau tidak ingin
dikekang oleh orang lain.
ex:
ketika Andi minjam uang kepada Dino di
belakang kampus, Dino bisa saja menolak atau bisa menerima karena tidak ada
orang disekitarnya.
Off
record: ujaran2 yang tidak langsung diarahkan kepada orang lain, atau bisa disebut
isyarat.
ex:
(mau minjam pen dgn isyarat) “aduh, aku lupa di mana menaruh penku” org lain
dpt bertindak seolah2 pernyataan tsb tdk terdengar. Off record bisa suksesk
atau bisa gagal.
On
record: ujaran2 yang diarahkan langsung kepada orang lain.
ex:
berikan penmu padaku.
Bold
on record: ujaran2 yang ditujukan langsung kepada orang lain, berkaitan dengan
peristiwa tutur ketika penutur berasumsi bahwa dia memiliki kekuasaan atas
orang lain.
ex:
Ibu berkata kepada anaknya “Cuci piring di dapur!”
Tentu si anak melakukan apa yang disuruh
ibunya, mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas karena Ibu posisi lebih tinggi.
Prapermintaan:
ujaran sebelumsebuah permintaan utk mengetahui apakah permintaan dapat
diajukan. ex: apakah kamu sibuk?
Struktur
percakapan dan inferensi
Jeda
(kesenyapan) sebuah kesempatan yang diberikan mitra tutur.
Floor
(giliran bicara/ hak berbicara) kesempatan berbicara bisa diserahkan, bisa
diperebutkan.
Interupsi:
ketika seorang penutur mendapat giliran bicara, diambil oleh penutur.
Tumpang
tindih: lebih dari satu penutur yang berbicara pada saat yang sama dalam
percakapan.
Saluran
belakang: menyatakan ketujuannya dengan mitra tuturnya tapi tidak jelas.
Gaya
kecermatan tinggi: cara ambil bagian yang tidak menyelai dan tidak memaksa dlm percakapan.
gaya
keterlibatan tinggi: cara ambil bagian yang cepat,aktif, tumpang tindih dalam
percakapan.
Inferensi:
penggunaan pengetahuan tambahan oleh pendengar untuk memahami apa yang tersirat
dalam sebuah ujaran.
ANalisis
wacana: kajian penggunaan bahasa dengan mengacu pada faktor2 sosial dan
psikologis yang mempengaruhi komunikasi.
Wacana:
Struktur linguistic yg pling tinggi.
Budaya:
sebuah kebiasaan-> mata pencaharian berdagang, itu disebut kebudayaan.
Bahasa
merupakan bagin dari kebudayaan.
Sebuah
wacana dipengaruhi oleh kebudayaan.
missal:
budaya satu berbeda dgn budaya lain, di Barat seorang penutur dan mitra tutur
itu harus berpandangan. Di Timur, seorang penutur dan mitra tutur apabila dia
menatap berarti dia tidak sopan.
-
Orang Batak: gaya berbicara cenderung
tinggi, keras.
-
Orang Jawa: gaya berbicara lebih sopan.
Jelas
terjadi perbedaan antara keduanya.
Koherensi
(perpaduan hubungan makna)
Skemata
cultural: struktur2 pengetahuanyang ada sebelumnya yang didasarkan pada
pengalaman dalam kebudayaan tertentu
Pragmatik
lintas cultural: kajian terhadap harapan2 yang berbeda di antara komunitas yang
berbeda tentang bagaimana makna disusun.
Dirangkum
oleh Noor Jannah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar