Jumat, 12 Juni 2015

Persiapan final (wacana) Materi 7-12

PERSIAPAN UAS WACANA (RINGKASAN MATERI 7-12)


MAETRI 7: IMPLIKATUR DALAM WACANA HUMOR
Wacana humor: wacana yang menghibur/ lucu
Ciri-ciri wacana humor: Bersifat actual, mempunyai fungsi di masyarakat dan menghibur/ lucu.
Fungsi wacana humor di masyarakat: sebagai sarana menyindir, mengkritik, menghibur, mendidik
Jenis wacana humor dari segi isi: humor politik, humor rasial, humor seksual, humor moral.
Bagian wacana humor
-       humor lisan, ex: stand up komedi
-       Humor tulisan, ex: SMS
-       Humor kartun, ex: karikatur
Teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan konsep lucu dalam wacana humor;
-       Teori relief: menjelaskan humor dari dampaknya pada emosi pendengar atau pembaca. Lucu dilihat sebagai bentuk senda gurau emosional. Lucu bukan persoalan pikiran atau penalaran. (tokohnya: Kant, Hartly, Spencer)
-       Teori konflik: teori yang menjelaskan perilaku humor dari gerak hati. Teori ini menyatakan bahwa keganjilan menyebabkan gerak hati tidak selaras.
-       Teori keganjilan: Teori ini menganggap bahwa humor sebagai masalah pikiran atau persepsi. (Humor berisi perbedaan antara makna dan interpretasi).
Implikatur percakapan
Untuk membedah wacana humor perlu menguraikan terapan teori implikatur Grice: Wacana dianggap memiliki konteks (yg mencakup konteks kognitif, konteks sosial, dan konteks linguistic) yang memungkinkan untuk menafsirkan makna penutur dalam tuturan. Grice membatasi pilihan2 pengurutan dalam wacana dan memperhatikan maksud penutur dengan bantuan menghubungkan antara apa yang dituturkan penutur dengan konteksnya.
Grice membedakan implikatur menjadi dua jenis, yakni implikatur konvensional dan implikatur percakapan. Implikatur konvensional ditentukan oleh arti konvensional kata2 yang dipakai, sedangkan implikatur percakapan ditentukan oleh penggunaannya dalam realitas komunikasi.
Contoh: Ibu bertanya kepada Dina, sekarang umur kamu berapa?
(Kalau arti implikatur konvensional, ya sebatas menanyakan umur saja. Sedangkan, arti dari implikatur percakapan, bahwasanya sudah saatnya menikah karena usia Dina sudah 28 dan sudah jadi PNS)

MATERI 8 : ANALISIS WACANA KRITIS
Analisis wacana kritis adalah analisis bahasa dalam penggunaannya dengan menggunakan paradigma bahasa kritis. Analisis wacana kritis , yang disebut AWK sering dipandang oposisi analisis wacana deskriptif yang memandang wacana sebagai fenomena teks bahasa semata.
Fairclough (1989) memberikan tingkatan AWK, sebagai berikut :
1.        Analisis Mikrostruktur (proses produksi) : Aspek yg dikejar dalam tingkatan ini adalah garis besar atau isi teks, lokasi, sikap, dan tindakan tokoh tersebut.
2.        Analisis Mesostruktur ( proses interpretasi) : terfokus pada dua aspek, yaitu aspek produksi dan konsumsi teks
3.   Analisis Makrostruktur (proses wacana) terfokus pada fenomena dimana teks dibuat.
Konteks dalam AWK sebagai berikut :
1.   Historis
     Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Misalnya kita melakukan analisis wacana teks selebaran mahasiswa menentang Soeharto. pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis diman teks itu diciptakan.
2.   Kekuasaan
       Dalam tahap ini, setiap wacana muncul dalam bentuk teks, percakapan atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Misalnya kekuasaan laki-laki dalam wacana mengenai seksisme, kekuasaan kulit putih terhadap kulit hitam dalam wacana mengenai rasisme. Dalam analisis wacana kritis tidak ada pembatasan pada detil teks atau struktur wacana saja, tetapi menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik dan budaya tertentu.
3.    Ideologi
Wacana dalam hal ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok dominan mempersuasi (bujukan) mengkomunikasikan kepada khlayak produksi kekuasaan yang mereka miliki, sehingga tampak benar.
Perspektif Teoritis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis menganggap bahwa wacana sebagai tuturan. Sebagai tuturan, wacana memiliki struktur internal. Struktur internal itu tidak steril dari pengaruh aspek luar wacana yang disebut struktur eksternal. Analisis wacan krits berasumsi bahwa makna sebuah wacana mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan hal-hal di luar wacana, misalnya aspek sosial budaya, ideologi, kekuasaan, atau yang lainnya.
Bagian- bagian kekuasaan :
1.      Kepakaran
2.      Kekuasaaan
3.      Wewenang
4.      Kekuatan
5.      Garis keturunan
6.      perilaku

MATERI 9 : REPRESENTASI KEKUASAAN DALAM WACANA SIDANG DI PENGADILAN
Kekuasaan merupakan pengaruh potensial dari seseorang terhadap sikap dan perilaku orang lain (Yukl, 1998: 165:Lee, 2002:11). Dengan demikian, seseorang dikatakan memiliki kekuasaan di atas yang lain bila dia mampu mengontrol sikap dan perilaku yang lain
Jenis-jenis kekuasaan yang ada. Frenk dan Raven (dalam Yulk, 1998:166-167) membagi kekuasaan menjadi lima jenis, yakni
 (a) reward power, (orang yang didominasi patuh karena untuk mendapatkan imbalan yang diyakini dimiliki oleh orang yang mendominasi,
(b) coercive power (orang yang didominasi patuh karena untuk mendapatkan imbalan yang diyakini dimiliki oleh orang yang mendominasi,
(c) legitimate power (orang yang mendominasi patuh karena dia percaya bahwa orang yang mendominasi tersebut mempunyai hak untuk meminta dua orang yang didominasi mempunyai kewajiban untuk mematuhinya:
(d) expert power, (yang didominasi8 patuh karena percaya bahwa orang yang mendominasi memiliki kepakaran tertentu)
 (e) referent power.( yang didominasi patuh karena dia mengagumi atau meng-identifikasikan dirinya dengan orang yang mendominasi tersebut)
Sumber Kekuasaan
1.   Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power)
Di dalam sumber kekuasaan antar individu terdapat 2 aspek kekuasaan yakni: a. kekuasaan formal adalah kekuasaan yang didasarkan pada aspek  individual dalam suatu organisasi, b. kekuasaan personal adalah  kekuasaan yang berasal dari karakteristik unik yang dimiliki seorang individu.
2. Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power)
Dalam kekuasaan ini juga dikenal istilah inter-group atau inter-departemental power yang artinya sumber kekuatan berasal dari kelompok.
Austin (1962:91-101) membagi tindak tutur menjadi tiga jenis, (a) yakni tindak lokusi, yakni tindak menuturkan sesuatu, (b) tindak ilokusi, yakni tindak melakukan sesuatu, dan (c) tindak perlokusi, yakni pengaruh tuturan kepada peserta tutur.
Searle membagi tindak tutur menjadi lima jenis, yakni
1.      Representatif : tindak tutur untuk menyatakan kebenaran
2.      Direktif : tindak tutur yang dirancang untuk “menggiring” mitratutur untuk melakukan suatu tindakan.
3.       Komisif : tindak tutur yang berisi janji penutur untuk melakukan sesuatu.
4.      ekspresif : tindak tutur yang menyatakan sikap dan perasaan penutur terhadap keadaan.misalnya Minta maaf ,
5.       deklarasi : tindak tutur yang jika diucapkan akan menyebabkan suatu kondisi baru:

MATERI 10: MEMAHAMI KARAKTERISTIK ANALISIS WACANA
1.      Tindakan
Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan.Pemahaman ini mengasosiasikan wacana sebagai bentuk interaksi. Wacana harus dipandang, pertama: wacana diapandang sebagai sesuatu yang bertujuan, misalx untuk mendebat, membujuk, bereaksi, dan sebagainya. Kedua: wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan berdasarkan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.
2.      Konteks (ruang lingkup): konteks: lingkungan fisik dimana bahasa digunakan
Ruang lingkup: tempat ( di mana kata diucapkan), Partisipan (siapa yang mengatakan), waktu (kapan kata diucapkan)
Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi. Di sini disebutkan tidak hanya proses kognisi dalam arti umum, tetapi juga gambaran spesifik dari budaya yang dibawa. Studi bahasa di sini memasukkan konteks karena bahsa selalu berada dalam konteks.
3.      Historis
Pemahaman wacana diperoleh apabila kita bisa memberikan konteks historis saat teks tersebut diciptakan. Bagaimana situasi sosialpolitik, suasana pada saat itu. Untuk melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu? Mengapa bahasa yang dipakai seperti itu?
4.      Kekuasaan
-Siapa yang berkuasa dia yang berhak untuk mengontrol / siapa yang berkuasa dia yang mengontrol wacana.
Di sini wacana tidak dipandang sebagai sesuatu yang alami, wajar dan netral, tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adallah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Pemakai bahasa bukan hanya pembicara, penulis, pendengar atau pembaca, ia juga merupakan bagian dari kategori kelas sosial teetentu bagian dari kelompok professional, agama,komunitas, atau kelompok masyarakat tertentu.  Misalnya, Hubungan yang terjadi bukan A dan B tetapi juga tua muda, dokter dan pasien, antara laki2 dan perempuan, kulit putih dan kulit hitam, dan buruh dan majikan. Hal ini mengaplikasikan analisis wacana kritis tiak membatasinya pada detail teks atau struktur wacana saja, tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu.
5.      Ideologi
Ideologi adalah sebuah sistem nilai atua gagasan yang dimiliki oleh kelompok atau lapisan masyarakat tertentu. Teori ideology menekankan bahwa semua teks dan semua mkana mempunyai dimensi sosial politik dan tidak dapat dimengerti kalau tidak menyertakan dimensi konteks sosialnya.
-          Siapa yang berkuasa dia yang menentukan ideology.

MATERI 11: TOKOH-TOKOH AWK
1.      Michael Fouacult, memandang wacana sebagai praktik sosial. Dalam analisisn wacana hendaknya mempertimbangkan peristiwa bahasa dengan melihat bahasa dari dua segi yaitu arti dan refereni.
2.      Roger Fowler, Robert Hodge, Gunter Kress, dan Tony Trew: memandang bahasa tidak ada yang netral/ bahasa membuat klasifikasi.
-          Bahasa dibuat menurut seperangkat kendala, seperti ideology, politik, sosial dan cultural.
3.      Theo Van Leeuwen (Lihat materi 12)
4.      Sara Mills (Lihat materi 12)
5.      Teun A. Vandijk  (Lihat materi 12)
6.      Norman Fairclough (Lihat materi 12)
Model 3 dimensi Fairclough
-          Wcana mengacu pada penggunaan bahasa sebagai praktik sosial
-          wacana dipahami sebagai jenis bahasa yang digunakan dalam suatu bidang khusus, seperti wacana politik atau ilmiah
-          Wcana digunakan sebagai suatu kata benda yang bisa dihitung (suatu wacana, wacana teetentu, wacana2, wcana2 tertentu) yang mengacu pada cara bertutur yang memberikan makna yang berasal dari pengalaman2.

MATERI 12 : PENDEKATAN AWK
Pendekatan bahasa kritis: pendekatan ini memusatkan analisis wacana pada bahasa atau gramatika bahasa dan menghubungkan dengan ideology. Artinya, bagaimana gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideology tertentu. (pemakaian kata, kalimat, sususnan, dan bentuk kalimat tertentu tidak dipandang sebagai persoalan tatabahasa tetapi ekspresi dari ideologi.
Misal: pemakaian kata-kata konflik, pertikaian atau bentrok menimbulkan arti dan pemaknaan tertentu.
1.   KERANGKA ANALISIS MODEL ROGER FOWLER, memandang bahwa bahasa yang dipakai bukanlah sesuatu yang netral tetapi memiliki aspek atau nilai ideology tertentu.
Contoh, pilihan kosa kata yang dipakai utk menggambarkan peristiwa, misalnya dlm berita mengenai kekerasan terhadap perempuan, pilihan kosa kata apakah yang dipakai utk menggambarkan kekerasan? apakah perkosaa, persetubuhan, pelecehan, disetubuhi, dsb.
2.   KERANGKA ANALISIS MODEL THEO VAN LEEUWEN (ekslusi dan inklusi)
รจ analisis yang dapat dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dan aktor2 sosial ditampilkan dan bagaimana suatu kelompok yang tidak mempunyai akses yang menjadi pihak yg terus dimarginalkan.
Ekslusi (proses pengeluaran). Apakah dalam suatu teks berita, ada kelompok atau aktor yang dikeluarkan dalam pemberitaan dan strategi wacana apa yang dipakai utk itu.  proses pengeluaran ini secara tidak langsung bisa mengubah peahaman khalayak akan suatu isu.
Ex: Dalam berita mengenai pemerkosaan. Apakah perempuan dan laki2 ditampilkan secara utuh, ataukah ada pihak yang dikeluarkan dari teks. Jika laki2 dikeluarkan dari teks, maka pemahaman yang muncul bukan laki2 yg salah. Pemerkoasaan itu adl msalah wanita itu sendiri, merekalah yg menjadi penyebab sehingga diperkosa.
Inklusi (proses pemasukan): Inklusi berhubungan dengan pertanyaan bagaimana proses suatu kelompok dikeluarkan dari teks pemberitaan.
Pendekatan Perancis: (Aspek pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh teori ideologi. Aliran ini berusaha memusatkan perahtian pad efek ideologi dan formasi diskursus yang memposisikan seseorang sebagai subjek dalam situasi tertentu.
3.    KERANGKA ANALISIS MODEL SARA MILLS memandang dunia ini tidak adil.
SARA MILLS mengajukan teori mengenai posisi penulis dan khlayak dan bagaiman seseorang ditempatkan dalam subjek tertentu. Titik perhatian SARA MILLS terutama pada masalah-masalah feminis.
Contoh : perempuan cenderung ditampilkan dalam tek sebagai pihak yang salah dan marginal dibandingkan dengan pihak laki-laki. Ketidakadilan dan penggambaran buruk mengenai perempuan inilah yang menjadi sasaran utama SARA MILLS.
4.   KERANGKA ANALISIS MODEL TEUN A. VAN DIJK
       Pendekatan Kognisi Sosial
Pendekatan Dijk disebut dengan pendekatan kognisi sosial sebab kognisi sosial ditempatkan sebagai elemen yang penting dalam memproduksi wacana. Wacana dilihat bukan hanya dari struktur wacana tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Dalam analisis teks misalnya dapat diketahui bahwa wacana cenderung memarginalkan kelompok minoritas.
5.   KERANGKA ANALISIS MODEL NORMAN FAIRCLOUGH
         Pendekatan Perubahan Sosial
Pendekatan ini memusatkan perhatiannya pada wacana dan perubahan sosial. Fairclough menghubungkan teks yang mikro dengan konteks yang makro. Tititk perhatiannya adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan, sebaagai praktik sosial.
Fairclough membagi analisis wacana pada tiga dimensi, yakni teks, discoursepraktice, dan sosiocultural practice. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut :
1.   Idesional yang merujuk pada representasi tertentu yang ingin ditampilkan dalam teks
2.   Relasi, merujuk pada analisis bagaimana kontruksi hubungan di antara wartawan dengan pembaca, seperti apakah teks disampaikan secara informal atau formal, terbuka atau tertutup.
3. Identitas, merujuk pada kontruksi tertertentu dari identitas wartawan dan pembaca, serta bagaimana personal dan identitas ini hendak ditampilkan dan digambarkan dalam teks
6.   KERANGKA ANALISIS MODEL RUTH WODAK
     Pendekatan Wacana Sejarah
     Pendekatan wacana sejarah sejarah ini dikembangkan oleh sekelompok pengajar di Vienna di bawah Ruth Wodak. Wacana disini disebut historis karena menurut Wodak dkk. Analisis wacana harus menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana tentang suatu kelompok  atau komunitas digambarkan. Sebagai contoh penggambaran buruk atau rasis tentang suatu kelompok, menurutnya terbangun lewat proses sejarah yang panjang.

Dirangkum oleh Noor Jannah dan Rahmadaniah Fitri

2 komentar: