Contoh Tanda Non Verbal atau Non Bahasa
NASI KETAN
Di
desa Lawahan mempunyai kebiasaan baik itu anak-anak ataupun remaja apabila
mereka telah khatam Alquran yang pada pertama kali, mereka diharuskan untuk
melakukan acara selamatan. Pada acara selamatan tersebut harus ada nasi ketan
sebagai syaratnya. Karena nasi ketan memiliki arti agar ilmu dan pengetahuan
tentang membaca Alquran tidak mudah hilang atau tetap melekat pada ingatan dan
akal seseorang. Kenapa harus nasi ketan? Karena nasi ketan yang apabila
disentuh oleh apapun akan terjadi suatu lekatan atau terasa lengket, hal ini
merupakan simbol melekatnya ilmu dan pengetahuan tentang membaca Alquran yang
tidak mudah hilang dalam ingatan dan akal seseorang. Dan hal ini juga yang
membuat masyarakat mempercayai dan mengharuskan nasi ketan sebagai syarat
selamatan untuk khataman alquran.
EMPAT NAMA SAHABAT NABI YANG
DITULIS DI SETIAP POJOK RUMAH
Di
dalam setiap pojok rumah kebiasaannya ada dituliskan nama-nama sahabat Nabi
Muhammad, seperti Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan
Ali bin Abi Thalib. Nama-nama tersebut ditulis dalam bahasa Arab. Hal ini
dipercayai oleh masyarakat bahwa jika dalam setiap pojok rumah ada tulisan
nama-nama sahabat nabi tersebut maka setan, iblis dan jin takut atau tidak mau
masuk kedalam rumah, sehingga keadaan rumah menjadi damai, tentram, serta
sejahtera karena setan, iblis, dan jin tidak bisa mengganggu orang-orang yang
tinggal dirumah tersebut.
Tulisan
nama-nama sahabat nabi Muhammad memiliki makna atau simbol tersendiri yaitu
Umar bin Khattab adalah seorang sahabat yang pemberani, sampai-sampai setan,
iblis dan jin jika mau bertemu beliau dijalan, sebelum bertemu mereka sudah
berbelok arah agar tidak bertemu dengan Umar. Sedangkan Usman bin Affan adalah
orang yang kaya raya memiliki sifat dermawan. Karena sifat beliau yang dermawan
itu setan, iblis dan jin segan dengan beliau, dan mereka enggan untuk
mengganggu Usman. Adapun Abu Bakar As Siddiq adalah orang yang memiliki iman
yang sangat kuat baik kepada Rasulullah ataupun kepada allah, jadi karena hal
tersebut setan, iblis dan jin tidak berani mengganggu atau menggoda Abu Bakar.
Terakhir, Ali bin Abi Thalib adalah seorang sahabat yang memiliki ilmu, ilmu
yang merupakan pintu dari ilmu-ilmu yang biasa disebut madinatul ilmu. Nah,
karena ilmu yang dimilikinya tersebut setan, iblis dan jin juga segan dengan
Ali.
Tulisan
nama-nama tersebut mengandung unsur religius karena masyarakat yang beragama
islam mempercayai atau meyakini bahwa orang shaleh seperti sahabat-sahabat nabi
tidak meninggal, mereka masih hidup . Yang dimaksud masih hidup disini adalah
ruhnya, ruhnya yang masih bisa melihat alam dunia walaupun jasadnya telah tidak ada lagi atau
meninggal. Dan nama m`ereka itu mulia disisi Allah sehingga memiliki qaromah.
Untuk
menulis nama-nama sahabat nabi tersebut setiap orang memiliki niat yang
berbeda-beda, karena menulisnya memakai hakikat hati nurani, dengan niat dan
tujuan masing-masing. Misalnya, kita menulis nama Umar, kita berniat mengambil
berkah mudah-mudahan dengan berkah sayyidina Umar semua yang ada dalam rumah diselamatkan
dari gangguan dan kejahatan jin serta manussia.
BALIAN
Ritual balian merupakan ritual pengobatan secara budaya pada
masyarakat dayak Siang-Murung yang dipimpin oleh seorang basi atau basir.
Basir atau basi sendiri merupakan orang yang dipercaya memiliki kemampuan yang
diperoleh secara turun-temurun dalam upaya penyembuahan suatu penyakit. Basir atau basi dalam
ritual pengobatan ini biasanya adalah basi laki-laki. Karena dalam
masyarakat desa Dirung Bakung dikenal ada dua basi yakni basi bawe atau
basi perempuan dan juga basi laki-laki. Basi laki-laki memiliki kemampuan
dan tugas untuk mengobati penyakit sedangkan basi perempuan bertugas
memimpin dalam ritual upacara adat kematian atau perkawinan. Upacara atau
ritual balian biasanya dilakukan pada saat malam hari, dimana pada saat
ritual pengobatan tersebut basi akan mengalami kesurupan atau dimasuki
roh. Roh tersebut merupakan roh baik yang dipercaya bisa membantu
menyembuhkan suatu penyakit dan roh tersebut biasanya adalah sahabat dari basi
tersebut.
Sebelumnya peralatan dan sesaji yang
diperlukan dalam ritual balian sudah disiapkan. Sesaji tersebut
diantaranya adalah lemang atau kukusan ketan yang dimasak dalam bambu,
kain yang digantung di dinding rumah, hati ayam yang direbus dan ditancapkan
pada beberapa lemang, darah ayam, darah babi, berbagai macam bunga, akar-akaran
dan dedaunan, arang dari akar-akaran, air, timba, anding atau tuak (minuman
beralkohol asli buatan masyarakat setempat), keranjang dari anyaman bambu,
ayunan dari rotan yang digantung pada dinding rumah mangkuk dan lilin, beras,
sepasang ayam jantan dan betina dan telur. Selain itu ada alat musik
pukul yaitu gendang berjumlah 3 buah. Sesajen yang dibutuhkan dalam suatu
ritual balian itu berbeda-beda tergantung penyakitnya. Ketika
pasien terkena penyakit budaya seperti tenung, santet atau dalam istilah
masyarakat dayak Siang-Murung ini terkena “pali”, maka dalam sesajennya
harus ada “bale pali”. .
Sebelum ritual dimulai itu Basi
bersiap mengenakan pakaian dan perlengkapannya untuk ritual tersebut,
diantaranya ada kain seperti sarung berwarna hitam, sabuk dari kain, ikat
kepala, asesoris berupa tali dengan hiasan manik-manik dan juga taring hewan
yang diikatkan menyilang di tubuhnya kemudian basi mengenakan gelang
dipergelangan tangannnya masing-masing 2 buah gelang besi yang sekaligus
sebagai alat musik. Selain itu basi juga mengoleskan kapur di lengan dan
dadanya seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.Kemudian
basi yang sudah berpakaian ritual lengkap duduk di depan sesaji sambil
mengucapkan mantra, tak lama basi mengambil beras dalam piring dan menyebar
sedikit beras di sekitar basi atau yang dikenal dengan istilah “nabui”.
Setelah itu istri basi memberikan sepasang ayam yang kemudian dikibaskan diatas
kepala pasien. Setelah itu basi berdiri dan memegang kain seperti
selendang yang diikatkan pada dinding rumah sambil basi membaca mantra dengan
bahasa sangian, hal tersebut dilakukan untuk berkomunikasi dengan arwah
atau roh leluhurnya. Setelah itu basi meniup seperti peluit kecil yang
terbuat dari taring beruang, bersamaan dengan itu alat musik mulai dipukul
dengan suara yang sangat keras sehingga timbul suara yang sangat bising.
Musik tersebut terkadang berhenti sejenak dan dimainkan kembali. Kurang
lebih ada 10 kali jeda berhenti dari musik dalam ritual tersebut. Mantra
dengan bahasa sangiang terus diucapkan selama ritual berlangsung.
`Kemudian basi berjalan menuju pintu
rumah dan menghadap keluar rumah sambil membaca mantra dan menari dengan
mangkok berisi lilin yang diletakkan diatas kepalanya. Istri basi
menyiapkan air mandi dalam timba yang didalamnya terdapat dedaunan, bunga dan
akar-akaran untuk memandikan pasien. Pasien pun duduk didepan pintu
kemudian basi memandikan pasien dengan iar yang ada di timba tersebut sambil
membaca mantra. Ketika itu orang dilarang berdiri di luar rumah, karena
dipercaya penyakit pasien akan berpindah ke orang yang ada diluar rumah
tersebut selain itu juga dilarang melakukan dokumentasi berupa video ataupun
foto.
Setelah itu basi menuju ketempat
awal. Sementara pasien disuruh berbaring didekat basi. Basi
mengambil 2 lemang yang ujungnya ada hati ayam, kemudian dicelupkan ke dalam
wadah yang berisi darah ayam dan babi. Menurut kepercayaan masyarakat itu
adalah tanda dimana arwah atau roh nenek moyang sudah mulai merasuki tubuh
basi. Proses memakan lemang tersebut dilakukan berkali-kali.
Setelah itu lampu yang ada di dalam ruangan tersebut mulai dimatikan, itu
tandanya basi sudah mulai kerasukan roh yang akan membantu mengobati
pasien. Ketika basi sedang kerasukan tidak boleh ada cahaya sedikitpun
dalam ruangan tersebut, semua lampu tempel dimatikan jika ada lampu yang
menyala maka basi tersebut akan langsung pingsan dan tidak bisa mengobati
pasien. Proses kesurupan atau kerasukan tersebut terjadi kurang lebih
dalam waktu 15 menit. Ritual balian ini biasanya tidak boleh
dilakukan saat ada orang yang meninggal dunia. Karena dipercaya basi yang
dirasuki roh tersebut bisa lari menuju tempat orang yang sedang meninggal
tersebut. Sebagai langkah antispasi digunakan piring putih polos yang
kemudian diletakkan di kepala basi saat berada di depan pintu rumah tadi.
Ketika pasien yang diobati sudah
sembuh, maka pasien tersebut akan melakukan ritual “totoh balian”.
Ritual ini merupakan acara puncak dari upacara belihan, dimana saat itu
disediakan banyak sesaji yang mana sebagai wujud syukur kepada roh yang telah
menyembuhkan dan juga sebagai alat untuk menipu roh jahat agar tidak mengganggu
lagi, karena sesaji dipercaya sebagai makanan dari roh-roh yang dianggap jahat
oleh masyarakat. setelah selesai pengobatan maka lampu akan dihidupkan
kembali dan acara totoh belihan selesai. Totoh balian biasanya
dimulai pada malam hari antara pukul 22.00 wib hingga pukul 02.00 atau pukul
03.00 wib dini hari.
KACANG NEGARA
Menurut
kepercayaan, bahwa untuk mencegah agar uang tidak di ambil tuyul maka di tempat
diletakkan uang tersebut di taruh kacang negara. Misalnya dalam dompet atau
lemari. Mengapa kacang negara? Karena kacang negara merupakan mainan tuyul.
Kalau tuyul mau mengambil uang di dompet atau lemari yang ditaruh kacang
negara, dia akan bermain-main dengan kacang negara sehingga tuyul tersebut
tidak jadi mengambil uang tersebut.
TALI HADUK
Kebisaan di daerah kandangan apabila
ada orang yang melahirkan, maka setiap tiang di bawah sekeliling rumahnya diikat
dengan tali haduk agar tidak diganggu oleh kuyang. Mengapa tali haduk? Karena
tali haduk itu berduri, jadi apabila kuyang itu mau mengganggu orang yang
melahirkan tersebut dia harus melewati tali haduk yang berduri itu. Hal ini
membuat kuyang tidak berani mengganggu orang yang melahirkan, karena kuyang
takut kalau dia akan tersangkut pada duri tali haduk atau kesuban.
BUBUR MERAH PUTIH
Bubur
merah terbuat dari bahan beras dan gula merah, sedangkan untuk bubur bagian
putih terbuat dari bahan beras dan santan. Tapi ada juga jenis bubur yang
menggunakan gula merah yang disiram. Bubur merah bubur putih biasanya digunakan
orang untuk selamatan orang hamil.
Putih
menyimbolkan ayah, yang dimana menjadi perantara hadirnya anak di dunia.
Sedangkan merah menyimbolkan ibu yang berarti simbol darah. Dua simbol tersebut
menjelaskan mengenai penyerahan diri kepada Tuhan, dan juga menyadari bahwa
tiada berartinya kekuatan diri yang terbentuk dari darah putih dan darah merah.
KETUPAT
Ketupat
merupakan sebuah sajian makanan pokok yang berbahan dasar beras dengan lapisan
daun kelapa manjadi makanan yang khas. Daun kelapa dianyam kemudian diisi dengan beras lalu
direbus dalam air.
Ketupat
memiliki arti sebuah simbol kebaikan. Beras dimaknai sebagai simbol nafsu
dunia, sedangkan janur melambangkan hati nurani. Jadi disaat ketupat matang
lalu dibelah, warna putih yang berasal dari beras tersebut dimaknai sebagai
hati baru, kesucian. Jadi janur sebagai hati nurani membuat beras yang keras
menjadi lembut dan lunak, begitupun dengan hati yang penuh dengan nafsu dunia
harus dilunakkan agar lebih bersyukur dan memahami hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar